(KININEWS) – Pada Kamis (14/3/2025), sebagian penduduk Bumi berkesempatan menyaksikan fenomena langka saat Bulan berubah menjadi merah darah di langit malam. Peristiwa ini terjadi akibat gerhana Bulan total, yang sering disebut sebagai Blood Moon di negara-negara Barat.
Gerhana Bulan total terjadi ketika Bumi berada di antara Matahari dan Bulan, sehingga sebagian besar sinar Matahari terhalang sebelum mencapai Bulan. Berbeda dengan gerhana Matahari yang berlangsung hanya beberapa menit, gerhana Bulan dapat bertahan hingga satu jam.
Mengapa Bulan Berwarna Merah?
Warna merah pada gerhana Bulan total disebabkan oleh efek yang dikenal sebagai hamburan Rayleigh. Ketika cahaya Matahari memasuki atmosfer Bumi, gelombang cahaya biru tersebar lebih kuat dibandingkan cahaya merah. Akibatnya, lebih banyak cahaya merah yang mencapai Bulan, membuatnya tampak berwarna merah darah.
Fenomena serupa juga terjadi saat Matahari terbit dan terbenam. Semakin panjang jalur cahaya yang harus melewati atmosfer, semakin banyak cahaya biru yang tersebar, sehingga Matahari tampak lebih kuning atau merah. Selama gerhana Bulan, satu-satunya cahaya yang mengenai permukaan Bulan adalah cahaya yang telah melewati atmosfer Bumi, memberikan efek warna merah yang khas.
“Semakin banyak debu atau awan di atmosfer Bumi selama gerhana, semakin merah warna Bulan. Ini seperti semua Matahari terbit dan terbenam di dunia diproyeksikan ke permukaan Bulan,” kata NASA, dikutip dari IFL Science.
Tidak seperti gerhana Matahari yang memerlukan perlindungan mata khusus, gerhana Bulan dapat diamati dengan mata telanjang. Namun, menggunakan teleskop atau teropong akan memberikan pengalaman yang lebih jelas dan mendetail.
Wilayah yang Dapat Menyaksikan Gerhana Bulan Total
Bagi para penggemar astronomi, gerhana Bulan total ini menjadi momen yang dinantikan. Sayangnya, fenomena ini tidak dapat terlihat dari Indonesia.
Seluruh fase gerhana pada 13-14 Maret 2025 hanya bisa disaksikan di beberapa wilayah, yaitu:
- Amerika Utara: Amerika Serikat, Alaska, Hawaii, Kanada, Meksiko.
- Amerika Selatan: Brasil, Argentina, Chile.
- Eropa: Spanyol, Prancis, Inggris.
- Afrika: Afrika Barat, Tanjung Verde, Maroko, Senegal.
- Oseania: Selandia Baru.
Sementara itu, gerhana Bulan sebagian dapat terlihat di beberapa bagian Eropa, sebagian besar Asia, Australia, Afrika, serta seluruh Amerika Utara dan Selatan, termasuk wilayah Samudra Pasifik, Atlantik, Arktik, dan Antartika.
Bagi pengamat di Amerika Utara dan Selatan, gerhana ini bisa dinikmati sepenuhnya selama kondisi langit cerah. Namun, bagi yang berada di Eropa dan Afrika, hanya fase awal gerhana yang bisa disaksikan sebelum Bulan terbenam.
Bagi masyarakat di Eropa, Afrika, Asia, dan Australia yang melewatkan gerhana kali ini, tidak perlu khawatir. Fenomena Blood Moon berikutnya akan terjadi pada 7-8 September 2025.