Yaman – Kelompok Houthi di Yaman melancarkan serangan balasan terhadap kapal induk bertenaga nuklir Amerika Serikat (AS), USS Harry S. Truman, pada akhir pekan lalu. Serangan ini merupakan respons atas serangan udara besar-besaran yang dilakukan oleh AS dan Inggris terhadap basis Houthi di Yaman.
Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, menyatakan bahwa operasi militer tersebut melibatkan peluncuran 18 rudal balistik dan drone yang menargetkan USS Harry S. Truman. Meskipun demikian, militer AS berhasil menggagalkan upaya ini. Kapal perang AS, didukung oleh jet tempur F-16 dan F-18, berhasil menembak jatuh sejumlah besar drone yang diluncurkan oleh Houthi sebelum mencapai target. Setidaknya satu rudal Houthi dilaporkan gagal dan jatuh di perairan lepas pantai Yaman tanpa menyebabkan kerusakan.
Serangan Houthi ini terjadi setelah serangan udara yang dilancarkan oleh AS menargetkan kota pelabuhan Hodeidah di Yaman. Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 53 orang dan melukai hampir 100 lainnya, menurut Kementerian Kesehatan Yaman yang dikelola Houthi. Presiden AS, Donald Trump, memerintahkan Pentagon untuk mengambil “aksi militer yang tegas dan kuat” dalam menghadapi ancaman dari Houthi di wilayah tersebut.
Pemimpin Houthi, Abdul Malik al-Houthi, mengecam serangan AS-Inggris dan mengancam akan melancarkan aksi militer langsung terhadap angkatan laut AS. Ia menyerukan masyarakat Yaman untuk bersatu menghadapi serangan tersebut dan menyatakan bahwa kapal-kapal perang Amerika akan menjadi target.
Situasi ini menambah ketegangan di wilayah tersebut, dengan AS menunjukkan komitmen untuk melanjutkan operasi militernya hingga ancaman dari Houthi sepenuhnya dihilangkan. Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, menegaskan bahwa kampanye serangan akan berlanjut hingga Houthi menunjukkan itikad baik.
Ketegangan yang meningkat ini menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi konflik lebih lanjut di wilayah tersebut, dengan dampak signifikan terhadap stabilitas regional dan keselamatan jalur pelayaran internasional.