Investor dari negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), termasuk Indonesia, diharapkan turut serta dalam pembentukan bursa saham khusus di Rusia.
Pada awal 2025, muncul wacana di parlemen Rusia mengenai perpanjangan uji coba selama tiga tahun terhadap eksperimen pembiayaan kemitraan yang telah sukses di berbagai wilayah Federasi Rusia. Selain itu, daftar transaksi yang diperbolehkan berdasarkan prinsip syariah juga diperluas, termasuk kemungkinan asuransi bersama atas kepentingan properti, menurut pernyataan Kepala Badan Pengembangan Investasi Republik Tatarstan, Taliya Minullina, dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa. Tatarstan sendiri merupakan salah satu dari empat wilayah Rusia tempat eksperimen ini berlangsung.
Mekanisme baru tersebut bertujuan menarik investasi dari negara-negara Islam, dengan rencana perpanjangan dan perluasan hingga musim gugur 2028. Diharapkan, perubahan ini dapat meningkatkan daya tarik pembiayaan kemitraan, termasuk bagi investor dari negara-negara OKI.
“Volume transaksi perbankan syariah tahun lalu meningkat lebih dari dua kali lipat. Percobaan ini berkembang pesat dan berpotensi menjadi praktik permanen di masa mendatang. Secara keseluruhan, investasi yang diharapkan masuk ke proyek-proyek Rusia melalui skema pembiayaan Islam diperkirakan lebih dari 10 miliar dolar AS. Dalam dua tahun ke depan, para ahli memperkirakan pertumbuhan hingga sepuluh kali lipat di sektor ini,” tambahnya.
Ia juga menekankan pentingnya pembentukan bursa saham khusus di Rusia untuk memfasilitasi investor dari negara-negara OKI. Hal ini akan memungkinkan perusahaan besar memasuki pasar dan menerbitkan berbagai instrumen keuangan dalam koridor regulasi Rusia. Ketika mekanisme ini diterapkan, standar yang lebih jelas akan ditetapkan, sehingga diharapkan dapat menarik lebih banyak investasi modal.
Sebagai bagian dari pengembangan pasar investasi baru di Rusia, dilakukan pelatihan intensif bagi para spesialis seperti investor, pengacara, dan manajer. Pelatihan ini diselenggarakan sesuai standar Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) yang berbasis di Bahrain.
“AAOIFI bertujuan mempertahankan dan mendorong standar syariah dalam lembaga keuangan Islam. Saat ini, inisiatif ini berkembang pesat di Rusia, dan platform investasi yang sepenuhnya halal telah disiapkan untuk diluncurkan, sesuai standar AAOIFI serta dikelola oleh para ahli keuangan Islam,” jelas Taliya.
Lebih lanjut, proyek ini dijalankan dengan dukungan dua sumber pendanaan dari negara-negara Arab, yang ditujukan untuk membiayai perusahaan rintisan di Rusia dan negara-negara Commonwealth of Independent States (CIS). Investor yang tertarik dapat memperoleh bagian dari keuntungan masa depan sesuai prinsip syariah, sementara pelaku usaha dapat menarik dana mitra serta menerbitkan obligasi Islam yang setara dengan sukuk.
Platform investasi ini saat ini dalam tahap pendaftaran, dengan peluncuran penuh dijadwalkan pada Mei 2025.
Bersamaan dengan peluncuran tersebut, AAOIFI akan mengadakan konferensi internasional pertama di Rusia bertema “Keuangan dan Investasi Islam: Mendorong Pembangunan Berkelanjutan dan Kemitraan Global” dalam KazanForum 2025.
Taliya menambahkan bahwa perkembangan keuangan Islam juga akan memberikan dampak positif pada perdagangan internasional.
Selama sembilan bulan pertama tahun 2024, total nilai perdagangan antara Rusia dan negara-negara Islam mencapai 106 miliar dolar AS, dengan 5,9 miliar dolar AS berasal dari wilayah Tatarstan. Wilayah ini menjadi pusat eksperimen keuangan Islam di Rusia dan berhasil memimpin dalam volume transaksi pembiayaan mitra. Oleh karena itu, Tatarstan dinilai dapat menjadi jembatan penghubung antara Rusia dan negara-negara OKI.
“Selama dua hingga tiga tahun terakhir, tidak hanya volume perdagangan yang meningkat, tetapi juga jumlah transaksi antara Rusia dan negara-negara OKI, terutama dengan Turki, Uni Emirat Arab (UEA), negara-negara Teluk, Malaysia, dan Indonesia,” ujar Sekretaris Jenderal General Council for Islamic Banks and Financial Institutions (CIBAFI), Abdelilah Belatik.
Lebih lanjut, pengembangan ekonomi syariah di Rusia diyakini akan semakin memperkuat hubungan ekonomi dengan negara-negara berkembang di belahan selatan dunia.
Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia dipandang sebagai salah satu peserta utama dalam pasar baru ini, khususnya dalam pengembangan sektor ekonomi halal.
“Keuangan Islam jelas akan memiliki prospek cerah dalam hubungan dengan Rusia, yang memiliki lebih dari 20 juta Muslim. Salah satu potensi kerja sama yang menjanjikan adalah perdagangan. Pada 2025, diharapkan akan ada perjanjian zona perdagangan bebas antara Uni Ekonomi Eurasia (EAEU) dan Indonesia,” ungkapnya.
Adapun beberapa sektor baru yang potensial untuk kerja sama ekonomi syariah ke depan meliputi investasi bersama dalam aset perusahaan Rusia dan asing, industri halal, pengembangan gaya hidup halal, serta kolaborasi di bidang kesehatan dan pendidikan.