​Memahami Fetish: Ketertarikan Seksual pada Objek-objek Tak Biasa​

Febri S

Fetish seksual

Fetish merupakan ketertarikan seksual yang muncul terhadap objek-objek yang secara umum dianggap tidak memiliki konotasi seksual, seperti sepatu atau kaki. Gairah ini dapat timbul ketika seseorang melihat atau berinteraksi dengan objek tersebut.

Penyebab Munculnya Fetish

Hingga kini, penyebab pasti dari munculnya fetish belum sepenuhnya dipahami. Beberapa teori menyebutkan bahwa pengalaman masa kecil, faktor biologis seperti perkembangan otak yang tidak normal, atau faktor budaya dapat berperan dalam pembentukan fetish. Misalnya, individu yang mengalami atau menyaksikan perilaku seksual tertentu selama masa kanak-kanak, atau yang pernah mengalami pelecehan seksual, mungkin lebih rentan mengembangkan fetish.

Fetish sebagai Gangguan Kejiwaan

Secara umum, memiliki fetish tidak dianggap sebagai gangguan kejiwaan. Namun, jika ketertarikan tersebut menyebabkan penderitaan yang signifikan atau mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan seseorang, maka dapat dikategorikan sebagai gangguan fetisisme. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5), gangguan fetisisme ditandai dengan penggunaan atau ketergantungan yang terus-menerus dan berulang terhadap objek tak hidup untuk mencapai gairah seksual.

Jenis-jenis Fetish yang Umum

Beberapa jenis fetish yang umum ditemui meliputi:​

  • Foot Fetish (Podophilia): Ketertarikan seksual terhadap kaki atau benda-benda yang berhubungan dengan kaki, seperti sepatu atau kaus kaki.
  • Fetish Kain atau Pakaian Tertentu: Gairah seksual yang dipicu oleh jenis kain atau pakaian tertentu, seperti kain jarik atau seragam.
  • Fetish terhadap Bagian Tubuh Tertentu: Misalnya, ketertarikan pada tangan, rambut, atau bahkan bekas luka.

Penting untuk memahami bahwa memiliki fetish adalah bagian dari spektrum preferensi seksual manusia. Namun, jika fetish menyebabkan gangguan dalam kehidupan sehari-hari atau menimbulkan penderitaan, disarankan untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental guna mendapatkan penanganan yang tepat.

Penulis:

Febri S

Related Post

Tinggalkan komentar