Penggusuran Brutal Israel di Tepi Barat Bikin Dunia Geram

Nida Ulfa

Israel menggusur ratusan rumah pengungsi di Tepi Barat, Palestina. IDF mengklaim, pembongkaran dilakukan untuk 'tujuan militer'.
Israel menggusur ratusan rumah pengungsi di Tepi Barat, Palestina. IDF mengklaim, pembongkaran dilakukan untuk 'tujuan militer'.

Tepi Barat kembali bergolak. Di tengah kecamuk konflik yang tak kunjung usai, ratusan keluarga Palestina menghadapi kenyataan pahit: rumah mereka digusur, tanah mereka direbut, dan masa depan mereka semakin kabur. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah menggusur ratusan rumah pengungsi Palestina di berbagai titik di Tepi Barat dalam operasi yang diklaim sebagai bagian dari “tujuan militer”.

Operasi pembongkaran ini menyasar wilayah yang selama ini dihuni oleh warga Palestina—banyak dari mereka adalah pengungsi dari perang 1948 dan 1967 yang belum pernah benar-benar memiliki tempat tinggal permanen. Ironisnya, mereka kembali diusir dari tempat yang mereka harap bisa menjadi rumah terakhir mereka.

Dalam sebuah pernyataan, IDF menyebut pembongkaran tersebut diperlukan untuk memperluas zona militer tertutup dan mendukung manuver keamanan di wilayah sengketa. Namun, narasi militer ini ditentang keras oleh warga Palestina dan kelompok HAM internasional, yang menyebut langkah itu sebagai bentuk pembersihan etnis yang terselubung.

“Rumah kami dihancurkan tanpa peringatan. Mereka datang pagi-pagi, mengusir kami seperti binatang, lalu menghancurkan segalanya,” ujar Mahmoud, seorang ayah lima anak yang kini tinggal di tenda darurat. “Ini bukan soal militer. Ini soal pengusiran sistematis.”

Sejumlah organisasi HAM internasional, seperti Human Rights Watch dan Amnesty International, mengecam keras tindakan tersebut. Mereka menilai penggusuran ini melanggar hukum internasional, khususnya Konvensi Jenewa Keempat yang melarang kekuatan pendudukan untuk memindahkan atau mengusir penduduk secara paksa dari wilayah yang didudukinya.

Penggusuran massal ini menambah panjang daftar penderitaan rakyat Palestina di bawah pendudukan yang telah berlangsung lebih dari setengah abad. Anak-anak kehilangan sekolah mereka, orang tua kehilangan lahan yang menjadi sumber kehidupan, dan seluruh komunitas terpecah belah tanpa jaminan akan pemukiman kembali yang layak.

Sementara itu, masyarakat internasional hanya bersuara sebatas kutukan. Dewan Keamanan PBB masih terpecah, dan tidak ada tindakan tegas yang dilakukan untuk menghentikan ekspansi pemukiman ilegal dan pelanggaran HAM yang terus berlangsung.

Di balik dalih militer dan keamanan, penggusuran ini membuka luka lama dan mempertajam krisis kemanusiaan di Palestina. Ratusan keluarga kini hidup tanpa atap, menggenggam harapan rapuh di tengah reruntuhan. Di tanah yang mereka sebut rumah, kini hanya ada puing, debu, dan kenangan yang perlahan memudar.

Selagi dunia menoleh ke arah lain, Palestina terus kehilangan bukan hanya tanahnya—tapi juga masa depan.

Baca Juga : Buron 3 Tahun, Raja Judi Online HB Ditangkap

Penulis:

Nida Ulfa

Related Post

Tinggalkan komentar