Penemuan fosil makhluk laut purba yang hidup sekitar 506 juta tahun lalu berhasil menguak salah satu rahasia evolusi hewan artropoda. Makhluk kecil ini, bernama Mosura fentoni, memiliki ciri khas yang sangat unik: sebuah mata ketiga besar yang terletak di tengah kepala, di samping dua mata biasa yang lebih kecil. Ukurannya yang hanya sebesar jari telunjuk manusia dewasa dan gaya berenangnya yang unik membuatnya dijuluki ‘ngengat laut’ oleh para peneliti. Meski tergolong kecil, makhluk ini memiliki peran penting dalam memahami asal-usul evolusi artropoda dan ekosistem laut purba.
Struktur Tubuh yang Menakjubkan
Mosura fentoni merupakan anggota kelompok radiodont, yaitu cabang awal dari filum artropoda yang kini sudah punah. Radiodont dikenal sebagai predator aktif yang menghuni lautan purba dan memainkan peran penting dalam rantai makanan kala itu. Penemuan fosil Mosura memperlihatkan struktur tubuh yang belum pernah ditemukan pada radiodont lain sebelumnya. Tubuhnya memiliki sekitar 16 segmen yang masing-masing dilengkapi dengan insang di bagian belakangnya, sebuah fitur yang menyerupai organ pernapasan pada kerabat modern artropoda seperti kepiting tapal kuda, kutu kayu, dan beberapa serangga.
Keberadaan insang bersegmen ini memungkinkan Mosura mendapatkan oksigen lebih banyak dari lingkungan sekitarnya. Para ilmuwan menduga struktur ini merupakan hasil konvergensi evolusi, di mana organ serupa berkembang secara independen di dalam kelompok hewan yang berbeda sebagai adaptasi terhadap kondisi lingkungan. Selain itu, bagian kepala Mosura juga sangat menarik karena memiliki tiga mata dengan mata ketiga yang lebih besar, menonjol, dan kemungkinan berfungsi untuk meningkatkan kemampuan visual di habitat lautnya.
Gaya berenang Mosura juga unik, ia menggerakkan siripnya dengan cara mengepak ke atas dan ke bawah layaknya ngengat yang terbang, oleh karenanya julukan ‘ngengat laut’ sangatlah tepat. Mulutnya berbentuk seperti rautan pensil yang dikelilingi oleh deretan lempengan bergerigi, memungkinkan makhluk ini untuk menangkap dan mengunyah mangsa dengan efektif.
Baca Juga : Kafein Bantu Turunkan Lemak dan Risiko Diabetes
Peran dalam Ekosistem Laut Purba
Dalam ekosistem laut purba yang hidup bersamaan dengan berbagai jenis cacing, krustasea kecil, dan hewan laut lainnya, Mosura fentoni tampaknya menempati posisi sebagai predator kecil. Meskipun belum ada bukti langsung mengenai apa saja mangsanya, kemampuannya dalam berburu kemungkinan ditunjang oleh sepasang cakar berduri di bagian depan tubuh yang berfungsi untuk mencengkeram mangsa.
Sebaliknya, Mosura juga menjadi bagian dari rantai makanan yang lebih besar dan bisa saja menjadi santapan predator yang lebih besar, seperti Anomalocaris canadensis — salah satu predator terbesar di lautan purba — dan ubur-ubur raksasa Burgessomedusa phasmiformis. Penemuan Mosura memperkaya gambaran tentang keanekaragaman hayati dan kompleksitas ekosistem laut kala itu. Keberadaan predator laut aktif seperti ini menunjukkan bahwa ekosistem purba sangat dinamis dan penuh interaksi yang rumit antara berbagai jenis organisme.
Dengan mempelajari fosil Mosura fentoni dan kerabat radiodont lainnya, para ilmuwan semakin memahami bagaimana artropoda modern seperti kepiting, serangga, dan laba-laba berevolusi dari nenek moyang mereka yang hidup ratusan juta tahun lalu. Temuan ini menegaskan bahwa adaptasi kompleks dan keanekaragaman morfologi sudah muncul sangat awal dalam sejarah kehidupan di bumi.
Baca Juga : Bahaya Mencuci Daging Mentah, Ini Penjelasan Ahli