Tuntut keadilan tarif dan komisi, tapi sejumlah driver curiga demo dimanfaatkan kepentingan tertentu
Jakarta, 20 Mei 2025 — Ribuan pengemudi ojek online (ojol) turun ke jalan hari ini dalam aksi demonstrasi yang digelar di sejumlah titik strategis di Jakarta. Aksi ini membawa lima tuntutan utama, termasuk penghapusan tarif hemat, penurunan potongan komisi, serta perlindungan hukum dan jaminan sosial bagi para driver.
Namun, di balik seruan perubahan yang menggema, muncul suara-suara sumbang dari sesama pengemudi. Beberapa driver mencurigai bahwa aksi ini tidak sepenuhnya murni dari aspirasi akar rumput. Mereka menduga ada pihak luar yang “menunggangi” momentum ini untuk kepentingan tertentu.
“Tiba-tiba ada spanduk, panggung orasi, logistik terkoordinasi. Padahal kami tidak iuran. Ini aneh,” ungkap Sandi (34), pengemudi ojol yang aktif sejak 2018. Ia menambahkan bahwa ada dugaan dana dan mobilisasi massa berasal dari kelompok di luar komunitas pengemudi.
Dugaan Koordinasi Eksternal
Kecurigaan Sandi bukan satu-satunya. David (40), driver Grab senior yang telah mengaspal sejak 2016, juga mengaku heran dengan kemunculan massa dari luar kota. “Katanya mereka datang pakai uang sendiri, tapi kalau ratusan orang bisa datang bareng, logistik lengkap, kita jadi bertanya-tanya siapa yang urus semua ini,” ujarnya.
Beberapa driver bahkan memilih untuk tidak ikut aksi dengan alasan lebih percaya pada jalur dialog dan khawatir citra mereka tercoreng.
“Kami tidak ingin dinilai merusak ketertiban atau membuat pelanggan takut. Ojol itu wajah layanan publik,” kata Mansyur, ketua komunitas driver Jakarta Utara, yang secara resmi menyatakan tidak ikut serta dalam aksi hari ini.
Tanggapan Perusahaan Aplikator
Menanggapi aksi ini, empat perusahaan aplikator utama—Gojek, Grab, Maxim, dan inDrive—memberikan klarifikasi soal isu potongan komisi. Dalam pernyataan bersama, mereka menegaskan bahwa potongan 20% bukan dari total pembayaran konsumen, melainkan hanya dari biaya perjalanan.
“Potongan tersebut digunakan untuk pengembangan aplikasi, fitur keamanan, serta promosi bagi mitra driver,” jelas pernyataan resmi mereka.
Perusahaan-perusahaan ini juga membuka jalur komunikasi dan berdiskusi dengan perwakilan driver yang sah agar aspirasi dapat disampaikan secara konstruktif.
Baca Juga : Ojol Ancam Offbid Massal 20 Mei, Layanan Bisa Lumpuh
Keragaman Sikap di Lapangan
Meski ada ribuan pengemudi yang bergabung dalam aksi ini, tidak sedikit pula yang memilih untuk tetap bekerja. Beberapa driver menganggap aksi seperti ini tidak efektif, bahkan berisiko merugikan diri sendiri dan konsumen.
“Hari ini saya tetap narik. Kalau saya ikut demo, siapa yang bayar cicilan motor dan rumah?” ujar Fauzi (29), pengemudi asal Bekasi.
Aksi ini mengungkapkan dinamika internal yang kompleks di komunitas ojol: antara tuntutan akan keadilan dan kondisi kerja yang layak, dengan kebutuhan untuk menjaga stabilitas penghasilan dan citra profesional.
Demo ojol kali ini menjadi sorotan tidak hanya karena skalanya, tetapi juga karena adanya indikasi campur tangan pihak luar. Perpecahan sikap di antara para pengemudi menunjukkan bahwa perjuangan belum tentu disuarakan dengan satu suara. Ke depan, tantangannya adalah bagaimana menyatukan aspirasi dan membangun komunikasi yang sehat antara pengemudi, perusahaan, dan pemerintah.
Baca Juga : Demo Ojol 20 Mei, Layanan Aplikasi Lumpuh Sehari