Jutaan umat Islam dari berbagai penjuru dunia mengunjungi Masjidil Haram setiap tahunnya, terutama saat musim haji dan bulan Ramadan. Tak jarang, jemaah haji asal Indonesia heran melihat sejumlah pengunjung yang tetap mengenakan alas kaki di dalam area masjid tanpa mendapat teguran. Kekhawatiran pun muncul: apakah lantai masjid tidak menjadi kotor atau bahkan najis?
Pertanyaan ini wajar, mengingat Masjidil Haram adalah tempat paling suci dalam ajaran Islam. Namun di balik kenyamanan dan kesucian masjid yang senantiasa terjaga, ada sistem operasi kebersihan berskala raksasa yang bekerja nyaris tanpa henti selama 24 jam sehari.
Pada malam 29 Ramadan 2025 lalu, Masjidil Haram mencatat rekor kunjungan tertinggi sepanjang sejarah, yakni sebanyak 4,1 juta jemaah. Dengan lonjakan luar biasa tersebut, bagaimana pihak pengelola masjid menjaga agar setiap sudut tetap bersih dan steril?
Kuncinya terletak pada ribuan tenaga kebersihan yang tersebar di seluruh area. Jumlah petugas kebersihan yang dikerahkan bahkan mencapai sekitar 4.000 orang selama musim haji. Mereka dibagi ke dalam puluhan tim dengan tugas spesifik: dari menyapu lantai, memungut sampah, membersihkan karpet, hingga menyterilkan tempat wudlu dan toilet.
Baca Juga : Super Ketat : Tanpa Visa Haji, Jemaah Dilarang Masuk Masjidil Haram
Setiap hari, sekitar 60 hingga 70 ton sampah diangkut dari kompleks Masjidil Haram. Angka ini melonjak hingga 100 ton saat puncak musim haji. Untuk menjaga kebersihan maksimal, para petugas menggunakan peralatan modern dan teknologi mutakhir, dibantu 150 ribu liter cairan disinfektan serta 3.000 liter parfum setiap harinya.
Salah satu strategi penting yang diterapkan adalah pemisahan antara toilet dan area salat. Tidak seperti di banyak masjid Indonesia yang sering kali menggabungkan toilet dengan tempat wudlu, Masjidil Haram memisahkan toilet jauh dari area utama ibadah. Tempat wudlu sendiri tetap tersedia di dalam masjid, namun diletakkan di lokasi strategis seperti bawah tangga untuk memudahkan akses.
Dengan sistem yang sangat terorganisir ini, tidak mengherankan bila isu kecil seperti mengenakan alas kaki di area tertentu tidak menjadi masalah besar. Area salat tetap dijaga kesuciannya karena terus dibersihkan secara intensif.
Menariknya, operasi kebersihan ini juga mencakup distribusi dan perawatan air zamzam. Ada tim khusus yang bertanggung jawab memastikan air zamzam selalu tersedia dalam kondisi higienis. Meski sumbernya dekat Ka’bah, air zamzam dipompa melalui pipa sepanjang empat kilometer untuk proses sterilisasi, sebelum kembali disalurkan ke masjid.
Tentu saja, menjaga kebersihan kompleks seluas itu bukan tanpa biaya. Meski belum ada rincian resmi tentang biaya operasional kebersihan Masjidil Haram saja, laporan anggaran pemerintah Arab Saudi untuk tahun 2025 menyebut alokasi sebesar SAR 1,285 miliar (sekitar Rp5.600 triliun) untuk pemeliharaan ribuan masjid dan situs Islam bersejarah di seluruh negeri. Bisa dibayangkan, berapa porsi besar dana yang dialokasikan khusus untuk masjid terbesar dan tersuci ini.
Dengan segala dedikasi dan upaya besar di balik layar, Masjidil Haram tetap menjadi tempat ibadah yang suci, bersih, dan nyaman bagi umat Islam dari seluruh dunia. Sebuah contoh nyata bahwa kebersihan memang bagian dari iman—dan juga dari manajemen kelas dunia.
Baca Juga : Perjalanan Ruben Onsu dari Mualaf ke Haji 2025