Keputusan Trump yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Dunia akademik internasional digemparkan oleh langkah mengejutkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang memerintahkan pengusiran mahasiswa asing dari sejumlah universitas, termasuk Harvard. Kebijakan ini melarang institusi pendidikan tinggi di AS untuk menerima mahasiswa internasional, bahkan mereka yang tengah mengikuti program beasiswa.
Mahasiswa asing yang saat ini masih menempuh pendidikan di universitas-universitas AS, termasuk Harvard, dipaksa untuk segera mencari kampus alternatif atau menghadapi ancaman deportasi. Dampaknya terasa luas dan langsung menyulut respons keras dari banyak pihak, termasuk pemerintah dan institusi pendidikan di luar negeri.
Baca Juga : Trump Naikkan Tarif Gadget, iPhone & Samsung Terancam Naik Harga!
Hong Kong Menyambut dengan Tangan Terbuka
Sebagai respons terhadap situasi ini, Hong Kong mengambil langkah strategis dan penuh empati. Menteri Pendidikan Hong Kong, Christine Choi, menyatakan bahwa pihaknya telah mengimbau semua universitas di wilayah tersebut untuk bersiap menampung mahasiswa internasional yang terdampak oleh kebijakan pemerintah AS.
“Biro Pendidikan telah menginstruksikan universitas-universitas di Hong Kong untuk memberikan kemudahan kepada mahasiswa internasional yang memenuhi syarat agar dapat melanjutkan pendidikan mereka tanpa hambatan,” ujar Choi.
Langkah ini bukan hanya bentuk solidaritas, tetapi juga strategi diplomasi pendidikan yang cerdas dari Hong Kong untuk memperkuat posisinya sebagai pusat pendidikan tinggi di Asia.
Kampus di Hong Kong Longgarkan Batas Mahasiswa Asing
Sebagai tindak lanjut konkret, sejumlah universitas terkemuka di Hong Kong mulai melonggarkan batas maksimal penerimaan mahasiswa asing. Hal ini bertujuan untuk menarik sebanyak mungkin pelajar internasional yang terdampak, khususnya dari Harvard dan kampus-kampus ternama lainnya di Amerika.
Universitas Sains dan Teknologi Hong Kong (HKUST) menjadi salah satu institusi yang secara resmi menyatakan kesiapan mereka. Dalam pengumuman resminya, HKUST menyatakan telah membuka pintu selebar-lebarnya bagi mahasiswa asing yang ingin pindah dan melanjutkan studi mereka tanpa gangguan politik.
“HKUST memperluas kesempatan ini demi memastikan para pelajar berbakat tetap bisa mengejar tujuan pendidikan mereka,” tegas pernyataan universitas tersebut.
Tuduhan dan Tindakan Hukum: Harvard Melawan
Pemicu dari kebijakan pengusiran ini tidak lepas dari tuduhan serius yang dilontarkan Menteri Keamanan Dalam Negeri AS, Kristi Noem. Ia menuduh sejumlah universitas elit, termasuk Harvard, telah mempromosikan kekerasan, anti-semitisme, serta menjalin kerja sama dengan Partai Komunis China. Tuduhan ini ditolak keras oleh pihak Harvard, yang menolak menyerahkan data visa mahasiswa asing kepada pemerintah AS.
Tidak tinggal diam, Harvard menggugat pemerintahan Trump ke pengadilan federal. Dalam sidang pertama, Hakim Pengadilan Distrik Massachusetts, Allison Burroughs, memutuskan untuk menangguhkan pelaksanaan kebijakan tersebut. Ia memerintahkan agar pemerintah AS menghentikan pencabutan sertifikasi program pelajar asing (SEVP) milik Harvard, sembari menunggu keputusan sidang lanjutan yang dijadwalkan pada 29 Mei 2025.
Baca Juga : Harvard Dilarang Terima Mahasiswa Asing oleh Trump
Mahasiswa Asing dan Ketimpangan Global Pendidikan
Menurut catatan terbaru, sekitar 6.800 mahasiswa asing menempuh pendidikan di Harvard pada tahun akademik 2025-2026, setara dengan 27 persen dari total populasi mahasiswa. Dari jumlah itu, sekitar 1.300 berasal dari Tiongkok—menunjukkan bahwa pelajar internasional memainkan peran signifikan dalam dinamika akademik kampus.
Pada tahun 2022, mahasiswa asal Tiongkok bahkan menjadi kelompok pelajar asing terbesar di Harvard, mencapai lebih dari seribu orang. Kebijakan deportasi ini tidak hanya mengguncang kehidupan pribadi para pelajar, tetapi juga menjadi simbol dari memburuknya hubungan antara Amerika Serikat dan China, serta ancaman terhadap nilai-nilai inklusivitas dalam pendidikan global.
Hong Kong Sebagai Alternatif Baru Pendidikan Global
Langkah Hong Kong membuka diri terhadap mahasiswa asing Harvard mencerminkan transformasi wilayah tersebut menjadi salah satu pusat pendidikan internasional yang menjanjikan. Dengan sistem pendidikan berkualitas tinggi, lingkungan multikultural, serta dukungan pemerintah yang progresif, Hong Kong kini tampil sebagai destinasi strategis bagi pelajar global yang mencari stabilitas akademik dan kesempatan belajar tanpa intervensi politik.
Di tengah ketegangan politik global, pendidikan seharusnya tetap menjadi ruang netral untuk pertukaran ilmu, gagasan, dan nilai-nilai kemanusiaan. Ketika tembok dibangun di satu sisi dunia, tempat lain harus mampu membuka jendela kesempatan. Dan dalam hal ini, Hong Kong sedang memainkan perannya dengan elegan.
Situasi yang menimpa mahasiswa asing di AS menjadi cerminan bagaimana dinamika geopolitik dapat berdampak langsung terhadap kehidupan akademik. Namun di balik krisis, selalu ada peluang. Hong Kong menunjukkan bahwa dunia masih memiliki tempat bagi semangat belajar dan kolaborasi lintas batas. Ketika satu pintu tertutup karena politik, pintu lain terbuka lebar atas nama pendidikan dan masa depan.
Baca Juga : Trump Larang Mahasiswa Asing ke Harvard, China Geram