Bos Nvidia: China Hanya Selangkah di Belakang AS

Nida Ulfa

CEO Nvidia Jensen Huang bicara kemajuan teknologi AI China.
CEO Nvidia Jensen Huang bicara kemajuan teknologi AI China.


Dalam pernyataan yang mengejutkan dan menggugah dunia teknologi, CEO Nvidia Jensen Huang menyatakan bahwa China tidak tertinggal dalam perlombaan kecerdasan buatan (AI) global. Bahkan, menurut Huang, Negeri Tirai Bambu kini hanya selangkah di belakang Amerika Serikat dalam penguasaan teknologi paling revolusioner abad ini.

“Perbedaan antara AS dan China sangat kecil. Kita sangat dekat. Ini adalah perlombaan panjang tanpa garis akhir,” ujar Huang saat menghadiri konferensi teknologi di Washington, DC, Rabu (30/4), seperti dilansir Anadolu Agency.

Huawei Dipuji, Dominasi AS Ditantang

Huang secara khusus menyoroti Huawei sebagai simbol kemajuan AI China. Ia menyebut raksasa teknologi tersebut telah membuat lompatan besar dalam beberapa tahun terakhir, terutama di bidang komputasi dan jaringan—dua elemen krusial dalam infrastruktur AI.

“Mereka luar biasa. Huawei memiliki semua kemampuan inti yang dibutuhkan untuk memajukan AI,” kata pria berusia 62 tahun itu.

Pernyataan ini menjadi pengakuan langka dari tokoh Silicon Valley terhadap kecepatan akselerasi teknologi China, di tengah ketegangan geopolitik dan persaingan dagang yang kian memanas.

Seruan Tegas: AS Harus Percepat Regulasi AI

Huang juga mengingatkan pemerintah AS bahwa dominasi dalam AI tak bisa dianggap remeh. Ia mendesak agar regulasi yang mendorong inovasi segera diterapkan, bukan justru memperlambat laju industri.

“Jika ingin tetap memimpin, kita harus bersaing. Kita tidak punya pilihan lain,” tegasnya.

Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, Nvidia tengah menggenjot produksi AI di dalam negeri. Baru-baru ini, perusahaan mengumumkan kolaborasi dengan Foxconn untuk membangun fasilitas server AI di Houston, Texas.

Investasi Jumbo dan Ancaman Pembatasan

Gambar Nvidia Headquarter(Nvidia Newsroom)

Nvidia telah menjadi motor utama dalam revolusi AI global. Pada 14 April, perusahaan mengumumkan rencana membangun server AI senilai hingga US$500 miliar dalam empat tahun ke depan bersama mitra seperti TSMC. Ini adalah salah satu investasi teknologi terbesar sepanjang sejarah.

Namun, rintangan besar mengadang. Pemerintah AS di bawah Donald Trump telah melarang pengiriman chip H20 Nvidia ke China tanpa lisensi. Kebijakan ini berlanjut di era Joe Biden, yang memperketat pembatasan ekspor chip AI demi alasan keamanan nasional.

Akibatnya, Nvidia memperkirakan potensi kerugian mencapai US$5,5 miliar dari pembatasan ekspor tersebut. Sebuah angka yang mencerminkan betapa mahalnya biaya dari geopolitik teknologi.

Kesimpulan: AI Bukan Lagi Milik Satu Negara

Pernyataan Jensen Huang adalah pengingat bahwa era dominasi tunggal dalam teknologi sudah lewat. Dunia kini menyaksikan panggung AI yang semakin multipolar—di mana China, dengan segala tantangan dan pembatasan, tetap mampu menyaingi AS secara teknologi.

Di medan yang tak mengenal garis akhir ini, yang tertinggal bukan yang kalah cepat, tetapi yang lengah dan enggan berubah.

Baca Juga : Ronaldo Frustrasi, Bicara Sendirian Usai Gagal ke Final

Penulis:

Nida Ulfa

Related Post

Tinggalkan komentar