Dedi Mulyadi Debat Siswi SMA Cikarang: Anda Miskin, Jangan Sok Kaya

Faqih Ahmd

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi berdebat dengan seorang remaja yang disebut baru lulus dari SMAN 1 Cikarang Utara sekaligus korban penggusuran rumah di bantaran kali. (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, terlibat adu pendapat dengan seorang lulusan SMAN 1 Cikarang Utara, Aura Cinta, yang merupakan korban penggusuran di bantaran sungai. Perdebatan itu terjadi terkait kebijakan pelarangan acara wisuda atau perpisahan di sekolah.

Dedi berpendapat bahwa kegiatan perpisahan hanya membebani orang tua secara finansial. Ia menilai kenangan sekolah yang berharga tercipta selama masa belajar, bukan saat perpisahan.
“Apakah tanpa perpisahan kenangan hilang? Kenangan itu dibentuk selama tiga tahun belajar,” ujar Dedi dalam video di akun YouTube pribadinya.

Sebaliknya, Aura merasa acara perpisahan penting untuk memberikan kesempatan berkumpul terakhir kalinya dengan teman-teman.
“Kalau tidak ada perpisahan, kami tidak bisa merasakan momen terakhir bersama teman,” ungkap Aura.

Dedi kembali menyoroti beban biaya yang ditimbulkan perpisahan, mengingat banyak keluarga, termasuk keluarga Aura, hidup dalam kondisi ekonomi sulit. Ia menilai seharusnya kritik diarahkan kepada pemerintah yang membebani rakyat, bukan pada larangan perpisahan. Menurut Dedi, pemerintah telah berupaya mengurangi beban dengan kebijakan sekolah gratis.

Aura kemudian menjelaskan bahwa ia tidak bermaksud mengkritik, melainkan ingin menyuarakan rasa ketidakadilan, karena adiknya tidak bisa mengalami momen perpisahan sekolah.

Dedi kemudian memperbolehkan siswa mengadakan perpisahan, asalkan dilaksanakan secara mandiri tanpa melibatkan pihak sekolah, untuk menghindari kecurigaan mencari keuntungan. Ia juga mengingatkan siswa untuk bertanggung jawab atas segala risiko yang mungkin terjadi, seperti keributan atau mabuk-mabukan.

Dalam perdebatan itu, Dedi juga bertanya kepada orang tua Aura, yang menyatakan setuju dengan adanya perpisahan asal tidak memberatkan keuangan keluarga.
Dedi menegaskan pentingnya hidup sederhana sesuai kemampuan ekonomi, sembari mengkritik permintaan kompensasi rumah pasca penggusuran.

Ia menyoroti bahwa tanah tempat tinggal keluarga tersebut adalah milik negara dan mempertanyakan keadilan bila mereka meminta ganti rugi, bahkan menyindir apakah mereka siap membayar sewa selama menempati lahan tersebut.

Saat Aura menyebut dirinya berasal dari keluarga miskin, Dedi mengkritik keinginan mempertahankan gaya hidup mewah seperti mengadakan perpisahan sekolah. Menurut Dedi, orang miskin seharusnya fokus pada upaya membangun masa depan daripada menghabiskan uang untuk hal yang tidak esensial.

Aura menegaskan bahwa ia mendukung upaya menekan biaya, namun berharap agar perpisahan tidak dihapuskan sepenuhnya, melainkan diselenggarakan dengan biaya minimal.

Di kesempatan terpisah, Dedi memberikan klarifikasi lewat akun Instagram-nya pada Selasa (29/4). Ia menyatakan bahwa perdebatan dengan Aura bertujuan menunjukkan pentingnya mempersiapkan masa depan generasi muda. Ia juga menilai bahwa Aura, yang usianya hampir 20 tahun dan sudah mandiri secara ekonomi, termasuk kategori dewasa, bukan lagi remaja.
Dedi menambahkan bahwa Aura pernah menjadi bintang iklan, sehingga menurutnya tidak tepat bila ia dikategorikan sebagai anak-anak.

Penulis:

Faqih Ahmd

Related Post

Tinggalkan komentar