UFC 319 yang akan digelar Agustus mendatang di Chicago dipastikan menjadi salah satu pertarungan terbesar tahun ini. Khamzat Chimaev, petarung sensasional asal Chechnya yang belum pernah kalah, akan menghadapi tantangan terbesarnya: perebutan gelar juara kelas menengah UFC melawan pemegang sabuk saat ini, Dricus du Plessis.
Pertarungan ini menjadi momen penting dalam karier Chimaev. Untuk pertama kalinya, ia berkesempatan merebut sabuk juara setelah mendominasi delapan pertarungan sebelumnya di UFC. Namun lawan yang akan ia hadapi bukan sembarang nama. Dricus du Plessis adalah petarung asal Afrika Selatan yang kini tengah berada di puncak performanya.
Du Plessis saat ini memegang rekor tak terkalahkan di UFC dalam sembilan pertandingan. Ia berhasil merebut sabuk juara dan mempertahankannya dua kali, termasuk kemenangan impresif atas Sean Strickland di UFC 312 pada Februari 2025. Kemenangan tersebut tidak hanya mengukuhkan posisinya sebagai raja di kelas menengah, tetapi juga menunjukkan kemampuannya mengalahkan lawan dengan berbagai gaya bertarung.
Menariknya, Sean Strickland yang pernah menjadi rekan latihan Chimaev dan juga dua kali dikalahkan oleh Du Plessis, memberikan prediksi yang cukup mengejutkan. Ia menyatakan bahwa Du Plessis lebih berpeluang menang atas Chimaev.
“Mereka sama-sama bisa bergulat. Tapi Dricus punya kemampuan counter-wrestling yang sangat baik. Jika dia bisa bertahan dari takedown Chimaev dan membalasnya, saya rasa dia akan menang dengan mutlak,” kata Strickland dalam wawancara dengan Bloodyelbow.
Baca Juga : Jones vs Aspinall Ditentukan untuk Gelar Kelas Berat UFC
Strickland juga menyebut bahwa meskipun Chimaev sangat agresif dalam membawa lawan ke bawah, strategi itu bisa dipatahkan jika lawannya mampu bertahan dengan baik dan menyerang balik secara teknis.
Du Plessis dikenal sebagai petarung yang tangguh secara fisik, sabar, dan tidak mudah panik. Dalam beberapa pertarungan terakhir, ia mampu mengubah situasi sulit menjadi kemenangan. Di sisi lain, Chimaev adalah mesin penghancur. Dengan kombinasi gulat gaya bebas dan striking eksplosif, ia kerap menyelesaikan laga sejak awal.
Pertarungan ini diprediksi akan berlangsung intens sejak bel pertama dibunyikan. Chimaev kemungkinan besar akan langsung menekan dengan takedown dan kontrol di ground, namun Du Plessis diyakini tidak akan menyerah begitu saja. Dengan persiapan matang dan pengalaman menghadapi berbagai gaya bertarung, Du Plessis tetap memiliki peluang besar mempertahankan gelar.
Satu hal yang menjadi sorotan adalah kondisi fisik dan stamina kedua petarung. Chimaev beberapa kali mendapat kritik karena performa fisiknya menurun di ronde-ronde akhir. Jika pertarungan berjalan panjang, Du Plessis yang lebih sabar dan berpengalaman bisa memanfaatkan celah ini.
Selain itu, pertarungan ini juga membawa pertarungan mental. Chimaev membawa tekanan untuk membuktikan bahwa dirinya layak menjadi juara, sementara Du Plessis harus menunjukkan bahwa dominasinya bukan kebetulan. Pertarungan mereka bukan hanya tentang teknik dan kekuatan, tetapi juga soal siapa yang paling siap secara mental menghadapi tekanan di panggung terbesar MMA dunia.
Bagi penggemar UFC, duel ini tak hanya soal sabuk. Ini tentang dua gaya bertarung yang bertolak belakang: agresivitas brutal Chimaev vs kesabaran teknikal Du Plessis. Siapapun yang keluar sebagai pemenang, sejarah akan mencatatnya sebagai bagian dari era baru di kelas menengah UFC.
UFC 319 dipastikan menjadi malam penuh drama, aksi, dan potensi kejutan. Apakah Chimaev akan merebut sabuk dan melanjutkan dominasinya? Ataukah Du Plessis akan membungkam keraguan dan mempertahankan tahtanya?
Jawabannya akan kita saksikan di bulan Agustus, dalam salah satu pertarungan paling ditunggu tahun ini.
Baca Juga : Garry vs Prates Headline UFC Kansas City