Erick Thohir Tanggapi Keras Protes Andre soal Liga 1

Nida Ulfa

Ketua Umum PSSI Erick Thohir merespons penasihat Semen Padang, Andre Rosiade, yang beberapa kali melontarkan protes terkait Liga 1.
Ketua Umum PSSI Erick Thohir merespons penasihat Semen Padang, Andre Rosiade, yang beberapa kali melontarkan protes terkait Liga 1.

Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, akhirnya buka suara terkait kritik keras yang dilontarkan oleh penasihat Semen Padang FC sekaligus anggota DPR RI, Andre Rosiade, terhadap pelaksanaan kompetisi Liga 1 Indonesia. Dalam beberapa pekan terakhir, Andre kerap menyuarakan ketidakpuasannya terhadap kinerja PT Liga Indonesia Baru (LIB), terutama menyangkut keputusan-keputusan yang dinilai merugikan Semen Padang yang tengah berjuang lepas dari zona degradasi.

Andre, yang juga dikenal sebagai mertua dari pemain Timnas Indonesia Pratama Arhan, bahkan sempat menyambangi langsung kantor PT LIB untuk menyampaikan keberatannya. Dalam pernyataan publiknya, Andre menuding adanya perlakuan tidak adil terhadap Semen Padang, yang menurutnya menjadi bukti bahwa kompetisi belum dikelola secara profesional.

Tak hanya itu, Andre juga menyinggung keberadaan mafia wasit yang ditengarai masih bercokol dalam tubuh sepak bola nasional. Ia bahkan mengunggah pernyataan tegas melalui akun Instagram pribadinya, menyebut inisial dua nama yang diduga sebagai bagian dari jaringan mafia sepak bola di Liga 1.

“Saya percaya Pak Erick Thohir mampu dan bisa melenyapkan mafia sepak bola di Indonesia. Untuk itu mari dimulai dengan menyingkirkan dua orang yang diduga operator mafia dengan inisial JN dan P. Hampir semua elite PSSI tahu ini,” tulis Andre dalam unggahan Instagram-nya.

Merespons hal tersebut, Erick Thohir tidak memilih jalan konfrontatif. Ia menanggapi kritik Andre secara terbuka dan demokratis. Dalam peresmian FIFA Arena di Ciputat, Tangerang Selatan, Erick menyampaikan bahwa kritik adalah bagian penting dari proses perbaikan.

“Saya sama Pak Andre bersahabat. Kritik Pak Andre harus kita dengar. Kemarin dia juga datang ke Liga, kita welcome. Ini kan era demokrasi, kita gak perlu kuping panas, justru yang menjadikan bangsa kita ini dewasa dan maju karena demokrasi,” ujar Erick.

Namun, Erick juga mengingatkan bahwa kritik harus disertai dengan data dan bukti, bukan sekadar opini atau narasi yang tidak berdasar. Menurutnya, pembangunan sistem sepak bola yang sehat tidak bisa didasarkan pada asumsi atau tekanan semata.

“Tinggal kita menata ulang, semuanya itu harus ada proof data. Jangan kita semua terjebak dengan opini-opini kosong, itu yang gak boleh. Nanti kita set back lagi,” tegasnya.

Erick juga menyampaikan bahwa reformasi sepak bola Indonesia sudah dan terus berjalan. Sejak ia memimpin PSSI, berbagai langkah perbaikan telah dilakukan, termasuk peningkatan kualitas wasit, penggunaan teknologi VAR, hingga transparansi dalam pengelolaan kompetisi. Namun ia juga tidak menutup mata bahwa perbaikan itu belum sepenuhnya tuntas.

“Kita tidak bisa menutup kemungkinan masih adanya praktik-praktik lama yang belum sepenuhnya hilang. Tapi yang penting adalah kemauan untuk berubah. Dan itu yang terus kita dorong,” lanjut Erick.

Kisruh antara klub dan federasi seperti yang terjadi saat ini menjadi bukti bahwa transformasi sepak bola Indonesia masih berada dalam masa transisi. Meski penuh tantangan, keterbukaan Erick terhadap kritik menjadi sinyal positif bahwa PSSI tidak alergi terhadap masukan, bahkan yang disampaikan dengan nada tinggi sekalipun.

Sementara itu, publik menantikan tindak lanjut konkret dari tuduhan yang dilontarkan Andre. Jika benar ada dua nama yang ditengarai sebagai operator mafia, maka langkah hukum dan investigasi menjadi keharusan untuk menjaga integritas kompetisi.

Dukungan kepada Erick Thohir untuk membersihkan dunia sepak bola dari praktik-praktik kotor memang besar. Namun tantangan yang dihadapinya juga tidak kecil. Keterlibatan berbagai pihak—baik dari dalam tubuh PSSI, klub, hingga penegak hukum—menjadi krusial demi menciptakan sistem kompetisi yang adil dan transparan.

Pada akhirnya, kritik yang disampaikan Andre Rosiade, bila disertai bukti dan ditindaklanjuti dengan serius oleh PSSI, bisa menjadi momentum penting bagi pembenahan sepak bola nasional. Sebaliknya, jika dibiarkan menjadi polemik tanpa arah, publik hanya akan kehilangan kepercayaan lebih dalam terhadap integritas sepak bola Indonesia.

Baca Juga : Hanya Terima Rp 1.000, Buruh Ditinggal Tanpa PHK

Penulis:

Nida Ulfa

Related Post

Tinggalkan komentar