Gagal Terbang ke US$3.500: Harga Emas Malah Hancur Lebur, Jatuh 1,3%

Faqih Ahmd

Foto: Ilustrasi Emas. (Dok. Pexels)

Harga emas mengalami penurunan tajam setelah sempat menembus level psikologis US$3.500 per troy ons. Pelemahan ini dipicu oleh penguatan indeks dolar AS dan sinyal meredanya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China.

Pada perdagangan Selasa (22 April 2025), harga emas spot global turun 1,25% menjadi US$3.381,49 per troy ons, setelah sebelumnya mencatat rekor tertinggi sepanjang masa di angka US$3.500,05 per troy ons. Kemudian pada Rabu pagi (23 April 2025) pukul 06.18 WIB, harga emas kembali melemah 1,09% ke posisi US$3.344,68 per troy ons.

Penurunan harga emas terjadi setelah Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyampaikan bahwa ketegangan dagang antara AS dan China tidak dapat terus berlangsung dan mengisyaratkan akan ada langkah menuju penyelesaian. Pernyataan ini meningkatkan kepercayaan pasar terhadap saham dan memperkuat posisi dolar AS.

“Komentar dari Menteri Keuangan AS yang menunjukkan peluang meredanya konflik dagang dengan China menjadi pemicu aksi jual emas,” ungkap Bob Haberkorn, analis pasar senior dari RJO Futures.

Pernyataan Bessent menyebabkan indeks saham AS melonjak lebih dari 2% dan dolar AS menguat, mendorong investor untuk beralih dari aset safe haven seperti emas ke aset berisiko seperti saham. Pada perdagangan Selasa (22 April 2025), indeks dolar (DXY) tercatat naik 0,65% menjadi 98,92, membuat emas lebih mahal bagi investor non-dolar.

“Penguatan saham dan indeks dolar hari ini berdampak negatif terhadap harga emas,” ujar Jim Wyckoff, analis senior dari Kitco Metals.

Sementara itu, harga emas spot yang telah naik 29% sepanjang tahun ini, berhasil menembus rekor tertinggi untuk ke-28 kalinya saat menyentuh angka US$3.500 per troy ons.

Menurut JPMorgan, tren kenaikan harga emas kemungkinan masih akan berlanjut. Bank tersebut memprediksi harga emas bisa melampaui US$4.000 per troy ons pada tahun depan, seiring meningkatnya risiko resesi, tingginya tarif AS, dan berlanjutnya ketegangan perdagangan dengan China.

Pasar kini menantikan pernyataan dari sejumlah pejabat The Fed akhir pekan ini, yang diperkirakan akan memberi gambaran lebih lanjut mengenai arah kebijakan suku bunga, di tengah kekhawatiran terhadap independensi bank sentral.

Sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil, emas sering digunakan sebagai perlindungan terhadap ketidakpastian global dan inflasi, serta biasanya tampil baik dalam kondisi suku bunga rendah. Saat ini, indeks kekuatan relatif (RSI) emas berada di level 74, menunjukkan bahwa logam mulia ini sudah dalam kondisi overbought (terlalu banyak dibeli).

Penulis:

Faqih Ahmd

Related Post

Tinggalkan komentar