Hamas Bebaskan Sandera Israel-AS Setelah 19 Bulan di Gaza

Nida Ulfa

Momen Hamas bebaskan sandera Israel-AS Edan Alexander. Foto: REUTERS/Ammar Awad

Gaza, 13 Mei 2025 – Setelah lebih dari 19 bulan ditahan di Gaza, Edan Alexander, seorang sandera berkewarganegaraan ganda Israel-Amerika Serikat, akhirnya dibebaskan oleh Hamas pada Senin, 12 Mei 2025. Pembebasan ini terjadi setelah adanya komunikasi intensif antara Hamas dan pemerintah Amerika Serikat, yang difasilitasi oleh mediator internasional dalam upaya menuju gencatan senjata.

Alexander, yang ditahan sejak Oktober 2023, diserahkan kepada militer Israel di perbatasan Gaza. Militer Israel mengonfirmasi bahwa Alexander telah kembali ke tanah airnya, di mana ia disambut dengan penuh sukacita oleh keluarga dan kerabatnya di Tenafly, New Jersey, dalam sebuah konvoi yang membuat kerumunan warga berkumpul untuk menyambut kepulangan sang sandera.

Pernyataan dari Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, menyebutkan bahwa pembebasan Alexander merupakan hasil dari negosiasi yang dilakukan sebagai bagian dari upaya mencapai gencatan senjata. “Kami melakukan langkah ini setelah melakukan kontak dengan pihak AS, yang merupakan bagian dari upaya gencatan senjata yang sedang dibahas,” ujar Hamas dalam pernyataannya.

Lebih lanjut, Hamas menegaskan bahwa negosiasi yang serius dan bertanggung jawab akan berujung pada pembebasan sandera, sementara kelanjutan agresi hanya akan memperpanjang penderitaan bagi semua pihak yang terlibat. Pihak Hamas juga mendesak pemerintahan Presiden AS saat itu, Donald Trump, untuk terus melanjutkan upayanya dalam mengakhiri konflik di Gaza.

Kepulangan Alexander menjadi simbol harapan, tidak hanya bagi keluarga dan kerabatnya, tetapi juga bagi semua pihak yang terdampak oleh konflik yang berkepanjangan di wilayah tersebut. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memuji kepulangan Alexander dan menegaskan komitmennya untuk memulangkan semua sandera dan orang hilang, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Netanyahu juga menyatakan, “Kami akan terus berupaya memulangkan semua sandera dalam kondisi apapun.”

Edan Alexander menjadi sandera berkewarganegaraan AS terakhir yang masih hidup yang berada di Gaza, menjadikannya simbol penting dalam konteks upaya perdamaian di wilayah tersebut.

Pembebasan ini juga terjadi pada waktu yang sensitif, sehari setelah Hamas mengumumkan bahwa mereka akan terlibat dalam pembicaraan langsung dengan Amerika Serikat mengenai gencatan senjata di Gaza. Langkah ini memicu optimisme di kalangan masyarakat internasional bahwa mungkin ada kemajuan lebih lanjut dalam proses negosiasi.

Bagi keluarga Alexander, pembebasan ini adalah akhir dari sebuah perjalanan panjang yang penuh ketegangan. Saat sang sandera tiba di Tenafly, New Jersey, kerumunan warga menyambut dengan hangat, merayakan kepulangannya yang penuh haru.

Pihak internasional akan terus memantau perkembangan situasi di Gaza dengan harapan bahwa pembebasan Alexander bisa menjadi langkah awal menuju penyelesaian yang lebih besar dan lebih menyeluruh terhadap konflik yang sudah berlangsung lama.

Baca Juga : Inggris-Prancis Bahas Pengakuan Palestina di PBB 2025

Penulis:

Nida Ulfa

Related Post

Tinggalkan komentar