JATI Terbang Tanpa Angin, Ada Apa?

Nida Ulfa

Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021).
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021).

Saham PT Informasi Teknologi Indonesia Tbk (JATI) mendadak menjadi buah bibir di kalangan investor pasar modal Indonesia. Dalam tiga hari perdagangan terakhir, saham emiten teknologi ini mencatatkan lonjakan luar biasa hingga 100%, memicu tanda tanya besar: apa yang sebenarnya terjadi?

ARA Beruntun: Dari Sepi Jadi Ramai

Fenomena ini dimulai pada Jumat, 2 Mei 2025, ketika saham JATI menembus batas auto reject atas (ARA) dengan kenaikan fantastis sebesar 35% dalam sehari. Aktivitas perdagangan pun melonjak drastis, dari yang sebelumnya hanya 1,11 juta saham dengan frekuensi 247 kali, menjadi 79,52 juta saham dengan frekuensi 6.468 kali. Volume dan frekuensi yang melonjak tajam ini menandakan adanya peningkatan minat investor secara signifikan—baik ritel maupun institusi.

Kenaikan ini tidak berhenti di sana. Senin (5/5/2025), Bursa Efek Indonesia (BEI) merespons dengan menyematkan label Unusual Market Activity (UMA) pada saham JATI, mengindikasikan adanya aktivitas perdagangan di luar kewajaran. Namun, justru pada Selasa (6/5/2025), saham ini kembali melesat 35%, menyentuh ARA untuk hari ketiga berturut-turut.

Cooling Down: BEI Tarik Rem Darurat

Menanggapi gejolak yang terus berlanjut, BEI akhirnya menghentikan sementara perdagangan saham JATI pada Rabu (7/5/2025). Dalam pengumuman resmi, BEI menyatakan bahwa penghentian ini merupakan langkah “cooling down” demi perlindungan investor. Suspensi dilakukan di pasar reguler dan pasar tunai, dengan tujuan memberikan ruang bagi pelaku pasar untuk mengevaluasi kondisi secara lebih matang.

“Sehubungan dengan terjadinya peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada saham PT Informasi Teknologi Indonesia Tbk (JATI), dalam rangka cooling down sebagai bentuk perlindungan bagi Investor, PT Bursa Efek Indonesia memandang perlu untuk melakukan penghentian sementara,” demikian pernyataan resmi dari BEI.

Langkah ini lazim dilakukan ketika suatu saham mengalami kenaikan atau penurunan harga yang tidak dapat dijustifikasi oleh informasi publik yang relevan.

Manajemen JATI: Tidak Ada Informasi Material

Menanggapi perkembangan ini, Direktur JATI, Yuliana, mengeluarkan pernyataan bahwa perusahaan tidak memiliki atau mengetahui adanya informasi atau fakta material yang dapat memengaruhi harga saham secara signifikan. Pernyataan ini merujuk pada ketentuan OJK dalam Peraturan Nomor 31/POJK.04/2015 mengenai keterbukaan informasi oleh emiten.

Lebih lanjut, Yuliana menegaskan bahwa tidak ada rencana aksi korporasi dari pemegang saham utama atau pengendali terkait kepemilikan mereka. Namun, ia menambahkan bahwa perusahaan memang memiliki agenda RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) yang akan membahas penambahan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), khususnya kode 82200 untuk layanan call center, sebagai bagian dari penyesuaian administratif regulatif sesuai dengan Perdirjen PPI 1/2023.

Namun, agenda ini dipandang tidak cukup kuat untuk mendorong kenaikan harga saham secara ekstrem dalam waktu singkat.

Spekulasi di Balik Lonjakan

Meski tidak ada informasi resmi yang menjelaskan kenaikan harga ini, para pelaku pasar ramai-ramai berspekulasi. Beberapa analis menduga adanya aksi spekulatif dari investor ritel, yang mungkin dipicu oleh sinyal teknikal, rumor pasar, atau bahkan aksi goreng saham oleh pihak-pihak tertentu.

Pola kenaikan tiga hari berturut-turut dengan volume besar dan frekuensi tinggi merupakan pola umum yang kerap terlihat dalam fenomena “pump and dump”—praktik manipulatif yang menaikkan harga saham secara buatan sebelum menjualnya di harga tinggi.

Namun tentu saja, tanpa bukti konkret, dugaan tersebut belum bisa dijadikan dasar. Yang pasti, investor harus tetap waspada dan tidak terburu-buru mengikuti euforia pasar tanpa analisis yang mendalam.

Pelajaran Penting Bagi Investor

Fenomena JATI ini memberikan sejumlah pelajaran penting:

  1. Jangan tergoda FOMO (Fear of Missing Out). Lonjakan harga yang cepat bisa menurun sama cepatnya.
  2. Periksa fundamental perusahaan sebelum membeli saham hanya karena harganya naik.
  3. Amati respon BEI dan regulator. Label UMA atau suspensi perdagangan adalah tanda penting untuk menahan diri.

Kesimpulan: Nyeleneh atau Potensi Tersembunyi?

Apakah lonjakan JATI ini sekadar spekulasi atau pertanda potensi bisnis yang belum tergali? Jawabannya masih menggantung. BEI telah memberi waktu kepada investor untuk merenung, dan ini menjadi momen penting untuk menilai kembali keputusan investasi masing-masing.

Bagi investor cermat, kejadian seperti ini bukan hanya sekadar hiburan pasar, tetapi pengingat penting bahwa volatilitas bisa menjadi pedang bermata dua: menguntungkan bila dimanfaatkan dengan tepat, atau merugikan jika disikapi secara impulsif.

Baca Juga : Emas Tembus Rekor, Inflasi Tak Terbendung

Penulis:

Nida Ulfa

Related Post

Tinggalkan komentar