Penelitian terbaru temukan hubungan genetik antara kadar kafein dalam darah dengan penurunan lemak tubuh dan risiko diabetes tipe 2.
Wonosobo, 16 Mei 2025 — Sebuah studi internasional terbaru mengungkap bahwa kadar kafein dalam darah dapat berperan dalam menurunkan kadar lemak tubuh dan menekan risiko terkena diabetes tipe 2. Penelitian ini memberikan pemahaman baru tentang bagaimana kafein memengaruhi metabolisme dan kesehatan tubuh, tidak hanya sebagai stimulan, tetapi juga sebagai faktor protektif terhadap penyakit metabolik.
Genetik Tentukan Respons Tubuh terhadap Kafein
Penelitian ini menggunakan pendekatan Mendelian randomization, sebuah metode ilmiah yang mengandalkan variasi genetik alami untuk menilai dampak kausal dari suatu faktor biologis—dalam hal ini, kadar kafein plasma—terhadap risiko penyakit.
Para peneliti menelusuri dua gen utama, CYP1A2 dan AHR, yang diketahui mengatur kecepatan metabolisme kafein dalam tubuh. Orang dengan varian gen yang menyebabkan metabolisme kafein lebih lambat cenderung memiliki kadar kafein yang lebih tinggi dalam darah, meskipun mereka mungkin mengonsumsi kafein dalam jumlah yang sama dengan orang lain.
Menariknya, kadar kafein yang lebih tinggi ini ternyata berasosiasi dengan:
- Penurunan indeks massa tubuh (BMI)
- Massa lemak tubuh yang lebih rendah
- Risiko diabetes tipe 2 yang lebih kecil
Kafein dan Berat Badan: Efek Langsung atau Tidak Langsung?
Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar efek positif kafein terhadap penurunan risiko diabetes terjadi secara tidak langsung melalui penurunan berat badan. Sekitar 43 hingga 52 persen dari perlindungan terhadap diabetes tipe 2 dimediasi oleh BMI yang lebih rendah.
“Temuan ini memberi petunjuk bahwa metabolisme kafein mungkin berperan dalam regulasi energi dan distribusi lemak tubuh,” ujar salah satu peneliti utama.
Kafein diketahui dapat meningkatkan thermogenesis—proses pembakaran kalori dalam tubuh—dan mengurangi nafsu makan, dua mekanisme yang bisa menjelaskan efeknya terhadap berat badan.
Tidak Terkait Penyakit Jantung
Meskipun kafein berkorelasi dengan manfaat metabolik tertentu, penelitian ini tidak menemukan hubungan signifikan antara kadar kafein darah dan risiko penyakit kardiovaskular seperti:
- Fibrilasi atrium
- Gagal jantung
- Stroke iskemik
Hal ini menunjukkan bahwa efek kafein terhadap jantung mungkin lebih kompleks dan tidak bergantung semata-mata pada kadar dalam darah atau metabolisme genetik.
Batasan dan Imbauan
Meski hasilnya menjanjikan, para ahli mengingatkan bahwa studi ini tidak menganjurkan konsumsi kafein dalam jumlah berlebihan. Uji klinis jangka panjang tetap diperlukan untuk mengonfirmasi temuan ini sebelum dapat diterapkan dalam praktik medis atau diet.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) merekomendasikan batas konsumsi kafein maksimal sebesar 400 mg per hari untuk orang dewasa sehat—sekitar empat cangkir kopi. Konsumsi berlebihan dapat menyebabkan efek samping seperti kecemasan, gangguan tidur, dan peningkatan tekanan darah.
Implikasi di Masa Depan
Penelitian ini membuka potensi bagi strategi pencegahan dan pengobatan diabetes yang lebih personal, berdasarkan profil genetik seseorang dalam memetabolisme kafein. Bisa jadi, suatu hari nanti, pemetaan genetik individu akan membantu menentukan apakah konsumsi kafein bisa menjadi bagian dari terapi gaya hidup mereka.
Reporter: Nida Ulfa
Sumber: Kompas.com, Science Alert, Nature Communications
Baca Juga : Fakta dan Mitos Seputar Kesehatan Ginjal