Kemarau Basah Berlanjut hingga Agustus 2025

Nida Ulfa

Ilustrasi. Awan badai yang mengancam melayang di atas kawasan bisnis utama sebelum hujan deras di Jakarta, Indonesia, Selasa, 2 April 2019.
Ilustrasi. Awan badai yang mengancam melayang di atas kawasan bisnis utama sebelum hujan deras di Jakarta, Indonesia, Selasa, 2 April 2019.

Hujan di Musim Kemarau, Apa yang Terjadi?

Fenomena kemarau basah masih akan mewarnai sejumlah wilayah Indonesia hingga Agustus 2025. Meskipun menurut kalender sudah memasuki musim kemarau, curah hujan masih tinggi di berbagai daerah.

Kemarau basah adalah kondisi tidak biasa di mana hujan tetap terjadi pada periode yang seharusnya kering. Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa fenomena ini merupakan hasil dari gangguan atmosfer dan pengaruh perubahan iklim yang mengacaukan pola cuaca normal.

Baca Juga :BMKG Warning Puncak Musim Kemarau di Wilayah RI

Penyebab Utama: Gangguan Atmosfer Global

BMKG mengidentifikasi sejumlah faktor yang menyebabkan kemarau basah:

  • Sirkulasi siklonik yang memicu pertumbuhan awan hujan.
  • Fenomena MJO (Madden-Julian Oscillation) yang memperkuat aktivitas konvektif.
  • Gelombang Kelvin dan Rossby Ekuator yang membawa kelembapan ekstra ke wilayah Indonesia.

Faktor-faktor ini menyebabkan hujan tetap turun, meskipun secara umum Indonesia sedang berada di musim kemarau.

Daerah yang Paling Terpengaruh

Kemarau basah paling terasa di wilayah dengan pola hujan monsunal seperti:

  • Jawa
  • Bali
  • Nusa Tenggara

Biasanya daerah-daerah ini mengalami musim kemarau yang kering. Namun tahun ini, curah hujan tetap tinggi karena kelembapan udara yang tidak stabil dan aktivitas atmosfer yang terus berlangsung.

BMKG memprediksi hujan akan terus terjadi hingga akhir musim kemarau pada Agustus 2025, dilanjutkan dengan masa pancaroba pada September–November 2025, sebelum masuk musim hujan pada Desember 2025.

Baca Juga :

Dampak Kemarau Basah: Tidak Bisa Diabaikan

Fenomena ini berdampak pada berbagai sektor:

  • Pertanian: Pola tanam terganggu karena cuaca tak menentu.
  • Lingkungan: Risiko banjir lokal dan tanah longsor meningkat, terutama di daerah rawan.
  • Kehidupan sehari-hari: Aktivitas masyarakat bisa terganggu akibat hujan deras yang tak terduga.

Imbauan BMKG untuk Masyarakat

Untuk mengurangi dampak kemarau basah, BMKG mengimbau masyarakat untuk:

  • Menggunakan pelindung dari sinar Matahari.
  • Menjaga hidrasi tubuh saat beraktivitas di luar.
  • Waspada terhadap hujan lebat disertai petir dan angin kencang.
  • Menghindari area terbuka saat terjadi petir.
  • Siaga terhadap potensi banjir dan longsor.
  • Selalu memantau informasi cuaca terkini melalui kanal resmi BMKG.

Kondisi cuaca yang tak menentu ini menjadi pengingat pentingnya kesiapsiagaan menghadapi perubahan iklim dan dinamika atmosfer yang semakin kompleks.

Baca Juga : Peringatan BMKG: RI Resmi Musim Kemarau, Siaga Cuaca Ekstrem Tiba-Tiba

Penulis:

Nida Ulfa

Related Post

Tinggalkan komentar