Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, kembali menyerukan pesan yang kuat dan tegas kepada seluruh umat Islam di dunia: bersatu dan mengesampingkan pertentangan antara Sunni dan Syiah. Seruan ini disampaikan dalam sebuah pidato penting yang digelar dalam rangka peringatan hari besar Islam, yang sekaligus menjadi momen refleksi atas konflik dan perpecahan yang terus membayangi dunia Muslim.
Khamenei menegaskan bahwa perbedaan mazhab tidak seharusnya menjadi alasan untuk memicu kebencian dan pertikaian. Justru, menurutnya, keberagaman pemahaman dan pendekatan dalam Islam bisa menjadi kekayaan spiritual jika dikelola dengan bijaksana. “Kita adalah satu umat. Musuh berusaha menancapkan benih perpecahan antara Sunni dan Syiah, namun kita harus lebih cerdas dan lebih bersatu dari sebelumnya,” ujarnya dengan penuh semangat.
Menyatukan Umat Melalui Kesamaan Tujuan
Ali Khamenei menyebut bahwa musuh bersama umat Islam bukanlah perbedaan mazhab, melainkan kekuatan luar yang ingin melihat dunia Islam terpecah dan lemah. Ia menyinggung negara-negara Barat dan kekuatan Zionis sebagai pihak yang terus memanfaatkan konflik internal umat Islam demi kepentingan politik dan ekonomi mereka.
“Selama kita sibuk berdebat soal siapa yang paling benar, mereka terus menjajah, merampok sumber daya, dan menghancurkan negeri-negeri Muslim. Sudah saatnya kita sadar dan mulai menyatukan kekuatan,” kata Khamenei, disambut tepuk tangan para hadirin.
Peran Media dan Ulama dalam Mempersatukan Umat
Dalam pidatonya, Khamenei juga menyoroti pentingnya peran para ulama, cendekiawan Muslim, dan media Islam dalam meredam perbedaan serta memperkuat solidaritas. Ia menyerukan agar khotbah, dakwah, dan siaran-siaran keislaman tidak lagi memuat ujaran kebencian terhadap mazhab lain.
Sebaliknya, menurut Khamenei, para tokoh agama harus menjadi jembatan penghubung yang menjelaskan bahwa prinsip-prinsip Islam, seperti keadilan, kasih sayang, dan ukhuwah, jauh lebih penting daripada perbedaan fiqih atau sejarah. Ia bahkan menyarankan dibuatnya forum lintas mazhab secara berkala agar terjadi dialog dan pemahaman yang mendalam antarumat Muslim.
Tanggapan Dunia Islam
Seruan Khamenei ini mendapat tanggapan beragam dari dunia internasional. Beberapa tokoh Muslim dari negara-negara Arab menyambut baik pesan tersebut dan menyebutnya sebagai langkah positif untuk membangun perdamaian di tengah konflik sektarian yang masih marak, seperti di Yaman, Suriah, dan Irak.
Sementara itu, sebagian pengamat politik Timur Tengah menyebut bahwa seruan ini bisa menjadi strategi Iran untuk memperkuat pengaruhnya di kawasan. Meski demikian, banyak yang mengakui bahwa pesan Khamenei membawa angin segar bagi upaya rekonsiliasi internal umat Islam.
Di Indonesia, seruan ini juga mendapat sambutan positif dari para tokoh Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Mereka menyatakan bahwa prinsip “ukhuwah Islamiyah” memang harus dijaga di tengah derasnya arus perpecahan dan politik identitas.
Tantangan Menuju Persatuan
Meski seruan tersebut terdengar mulia, jalan menuju persatuan umat Islam bukanlah hal yang mudah. Sejarah panjang konflik Sunni-Syiah, ditambah kepentingan geopolitik dan ekonomi berbagai negara, membuat penyatuan itu memerlukan kerja keras, niat tulus, dan waktu yang panjang.
Namun, bagi Khamenei, upaya tersebut tetap layak diperjuangkan. Ia menutup pidatonya dengan kalimat menyentuh, “Jika kita tidak bisa bersatu dalam segala hal, maka mari kita bersatu dalam satu hal: menolak perpecahan.”
Pesan Ali Khamenei ini menjadi pengingat penting bahwa Islam sejatinya adalah agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Perbedaan yang ada bukanlah untuk dipertentangkan, tetapi untuk dipahami dan dihargai. Di tengah dunia yang terus bergolak, seruan untuk bersatu seperti ini menjadi oase di padang perpecahan. Semoga para pemimpin dunia Islam mampu menerjemahkan seruan ini ke dalam aksi nyata demi kejayaan umat yang satu.
Baca Juga : Khamenei Siapkan 3 Pengganti Jika Gugur di Perang