Menuju UFC: Perjalanan Sang Destroyer dari Bengkulu

Nida Ulfa

Deni Daffa (kiri) tengah melakukan persiapan menuju Road to UFC. (Dok Deni Daffa)
Deni Daffa (kiri) tengah melakukan persiapan menuju Road to UFC. (Dok Deni Daffa)

Di balik sorotan kamera dan sorak-sorai penonton, terdapat seorang petarung muda asal Bengkulu yang tengah membawa harapan bangsa ke panggung internasional. Deni Daffa, petarung MMA berjulukan The Destroyer, kini tengah bersiap menghadapi tantangan besar dalam karier profesionalnya—melangkah ke pentas Road to UFC, sebuah gerbang menuju ajang tarung bebas paling bergengsi di dunia, Ultimate Fighting Championship (UFC).

Pada Jumat, 23 Mei, pukul 18.00 WIB di Shanghai, Deni akan menghadapi lawan tangguh dari China, Ren Yawei. Laga ini bukan hanya tentang adu teknik dan strategi, tetapi juga tentang membuktikan diri bahwa Indonesia memiliki potensi besar di panggung MMA dunia.

Membidik Impian Besar: UFC di Depan Mata

Bagi Deni, UFC bukan sekadar impian, melainkan tujuan yang nyata dan terencana. “UFC adalah turnamen MMA terbesar di dunia. Semua fighter ingin ke sana,” ungkap Deni. Baginya, berada di UFC bukan hanya tentang prestise, tetapi tentang mengasah diri dan naik kelas dalam dunia pertarungan profesional. Ia menyebut nama Jeka Saragih, petarung Indonesia yang lebih dulu menembus UFC, sebagai inspirasi yang mengukuhkan semangatnya untuk menyusul jejak tersebut.

Namun, Deni tidak tergesa-gesa. Meski membuka peluang untuk berpindah kelas — entah tetap di kelas ringan, turun ke kelas bulu, atau naik ke kelas welter — fokus utamanya saat ini adalah satu: menang di Road to UFC.

Persiapan Matang, Mental Baja

Menghadapi Ren Yawei, Deni tidak main-main. Ia menjalani latihan dua kali sehari — pagi dan malam — dengan disiplin tinggi. Pola makan ketat juga menjadi bagian dari rutinitasnya. “Saya diet setiap hari. Semua asupan dijaga agar tetap seimbang dan berat badan stabil,” ujarnya.

Tak hanya fisik, persiapan mental dan strategi juga menjadi perhatian utama. Deni memelajari gaya bertarung Ren Yawei lewat video-video pertarungan sebelumnya, terutama saat sang lawan menghadapi petarung Indonesia. Dari sana, Deni mulai merancang strategi untuk mengeksploitasi titik lemah lawan. “Saya sudah lihat titik lemahnya. Itu akan saya eksperimen di pertandingan nanti,” katanya penuh percaya diri.

Mengenali Lawan: Si Striker Lincah dari China

Ren Yawei bukan petarung sembarangan. Ia dikenal sebagai striker cepat yang agresif dari sisi kiri dan memiliki kemampuan grappling jika keadaan mendesak. “Dia petarung lengkap, atas dan bawah bisa. Tapi saya sudah siap menghadapi semua gaya bertarung,” ucap Deni.

Dengan tinggi badan mencapai 186 cm, Deni punya keunggulan jangkauan yang signifikan dibanding Ren yang hanya 175 cm. Ini menjadi modal penting untuk menjaga jarak sekaligus menyerang dari posisi yang lebih aman. Namun, Deni tak ingin terlalu bergantung pada kelebihan fisik. Fokus utamanya tetap satu: menyusun strategi untuk menang.

Target: Menang dengan Cara Apa Pun

Meski dijuluki The Destroyer, Deni bukan tipikal petarung yang mengandalkan KO sebagai satu-satunya cara untuk menang. “Saya tidak peduli menang KO atau submission. Yang penting menang dan memberikan hasil terbaik,” ujarnya dengan nada tenang namun tegas.

Deni juga tidak keberatan jika pertarungan harus berlangsung di ground fighting. Ia siap meladeni gaya apapun yang dibawa lawan. “Saya akan ambil semua kesempatan, dan kalau bisa dibikin finis, ya saya bikin finis.”

Antara Tekanan dan Kebanggaan

Bertarung di Road to UFC jelas menghadirkan tekanan. Namun bagi Deni, ini adalah momen untuk menunjukkan bahwa dirinya layak mewakili Indonesia di kancah MMA global. “Kalau saya bukan salah satu yang terbaik, saya tidak mungkin dipilih ke sini,” ucapnya mantap.

Menjadi bagian dari Road to UFC adalah tanggung jawab besar, tetapi juga kehormatan yang membanggakan. Deni membawa nama Indonesia, sekaligus memperjuangkan cita-cita pribadi untuk berada di tengah para petarung terbaik dunia.

Doa dan Dukungan dari Tanah Air

Deni juga mengungkap bahwa ia mendapat dukungan langsung dari Jeka Saragih, yang mengirim video semangat untuk dirinya dan rekan senegaranya, Rio Tirto. “Saya juga ingin mendoakan bang Jeka di UFC 316. Semoga kita semua sukses,” kata Deni, menunjukkan bahwa semangat kolektif antar petarung tanah air adalah kekuatan tersendiri.

Penutup: Dari Bengkulu ke Octagon Dunia

Jalan menuju UFC tidak mudah. Namun dengan kerja keras, dedikasi, dan strategi yang matang, Deni Daffa siap menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia punya petarung kelas dunia. Laga melawan Ren Yawei akan menjadi ujian pertama, sekaligus pembuktian bahwa The Destroyer dari Bengkulu layak diperhitungkan.

Kemenangan bukan sekadar catatan di atas kertas — ia adalah langkah awal menuju panggung dunia, tempat nama Deni Daffa akan terus berkibar.

Baca Juga : Du Plessis Diprediksi Tumbangkan Chimaev di UFC 319

Penulis:

Nida Ulfa

Related Post

Tinggalkan komentar