Misi Diplomasi Ekonomi: Airlangga Terbang ke AS, Emban Arahan Prabowo Negosiasikan Tarif Trump

Nida Ulfa

Kininews.co

Pertaruhan Besar dalam Hubungan Dagang Indonesia-AS: Pemerintah Siapkan Strategi untuk Tekan Tarif Tinggi dan Defisit Perdagangan

Jakarta, 15 April 2025 – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dijadwalkan bertolak ke Amerika Serikat malam ini untuk memimpin langsung misi negosiasi dagang dengan pemerintahan Presiden Donald Trump. Dalam lawatan penting ini, Airlangga membawa mandat khusus dari Presiden Prabowo Subianto: memperjuangkan kepentingan nasional dalam menghadapi kebijakan tarif resiprokal yang diberlakukan AS terhadap produk Indonesia.

Arahan Tegas dari Presiden Prabowo

Sebelum keberangkatannya, Airlangga mengungkapkan bahwa Presiden Prabowo memberikan arahan jelas kepada tim negosiasi untuk melakukan pendekatan yang optimal namun tetap menjaga kepentingan nasional sebagai prioritas utama.

“Negosiasi sebaik-baiknya untuk kepentingan nasional,” tegas Airlangga kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.

Presiden Prabowo tidak menetapkan target numerik tertentu, namun menekankan bahwa tarif yang dikenakan AS kepada Indonesia – saat ini mencapai 32 persen – perlu diturunkan secara signifikan.

“Yang penting diturunkan,” ujar Airlangga, menegaskan fokus utama dari pertemuan bilateral tersebut.

Tim Negosiasi Sudah Bergerak

Sementara Airlangga menyusul malam ini, beberapa anggota tim negosiasi sudah lebih dulu berada di AS. Menteri Luar Negeri Sugiono telah lebih dulu menggelar pertemuan dengan Secretary of State, sementara Menteri Keuangan Sri Mulyani tengah berada di Washington DC dalam rangka menghadiri Spring Meeting IMF-World Bank.

“Pak Sugiono sudah jalan duluan, ketemu dengan Secretary of State. Kalau Bu Menkeu kan dalam rangka Spring Meeting IMF-World Bank, jadi sudah di sana,” jelas Airlangga.

Langkah Awal: Video Conference dengan Howard Lutnick

Sebelum keberangkatan, Airlangga bersama Ketua Dewan Ekonomi Nasional, Luhut Binsar Panjaitan, telah melakukan pertemuan virtual dengan Menteri Perdagangan AS, Howard W. Lutnick. Pertemuan tersebut akan ditindaklanjuti langsung saat Airlangga berada di Washington DC.

“Kemarin kami sudah dengan Secretary of Commerce, dan kami akan tindak lanjuti lagi nanti,” ujarnya.

Mengurangi Defisit Dagang AS-Indonesia

Salah satu misi utama dalam kunjungan ini adalah menekan defisit perdagangan yang saat ini sangat besar di pihak Amerika Serikat. Pada tahun 2024, defisit neraca perdagangan AS terhadap Indonesia tercatat mencapai USD 17,9 miliar. Pemerintah Indonesia akan menawarkan berbagai bentuk kompensasi dan kerja sama ekonomi untuk mereduksi angka tersebut.

“Indonesia akan beli barang dari Amerika sesuai dengan kebutuhan Indonesia. Nilainya mendekati USD 17,9 miliar, barang belum tentu impor,” jelas Airlangga, menyiratkan kemungkinan alternatif non-impor dalam skema pembelian barang AS.

Meskipun belum dijelaskan secara rinci, skema yang dimaksud dapat mencakup proyek investasi, kerja sama teknologi, atau pengadaan barang strategis dengan produksi di dalam negeri.

Tarif Trump dan Tantangan untuk Indonesia

Dalam kebijakan terbarunya, Presiden Trump menetapkan tarif dasar sebesar 10 persen untuk seluruh impor global, namun secara spesifik, tarif untuk produk Indonesia dikenakan sebesar 32 persen — jauh lebih tinggi dari rata-rata.

Sebagai perbandingan, tarif terhadap negara-negara ASEAN lainnya berkisar antara:

  • Malaysia & Brunei Darussalam: 24%
  • Filipina: 17%
  • Singapura: 10%
  • Thailand: 36%
  • Vietnam: 46%
  • Myanmar: 44%
  • Kamboja: 49%
  • Laos: 48%

Dengan angka sebesar itu, Indonesia menghadapi tekanan kompetitif yang besar di pasar AS, terutama untuk produk-produk ekspor unggulan seperti tekstil, alas kaki, elektronik, dan hasil bumi.


Penutup: Ujian Besar dalam Diplomasi Ekonomi

Lawatan Airlangga Hartarto ke Amerika Serikat bukan sekadar kunjungan biasa, tetapi bagian dari ujian besar diplomasi ekonomi Indonesia di tengah arus proteksionisme global. Dengan restu dan mandat dari Presiden Prabowo, Airlangga dan tim membawa harapan besar untuk menegosiasikan kembali kesetaraan dalam perdagangan antara dua negara yang saling membutuhkan.

Mampukah Indonesia menurunkan tarif dan menyeimbangkan defisit? Semua mata kini tertuju ke Washington DC.

Penulis:

Nida Ulfa

Related Post

Tinggalkan komentar