Ojol Menggugat: Ultimatum Terakhir untuk Pemerintah”

Nida Ulfa

Demo Ojol
Demo Ojol

Kesabaran Sudah Habis, Ojol Siap Turun ke Jalan

Gabungan pengemudi ojek online (ojol) dari seluruh Indonesia mengancam akan menggelar aksi besar-besaran jika pemerintah terus mengabaikan tuntutan mereka. Mereka menilai, perjuangan selama bertahun-tahun tidak juga membuahkan hasil. Kini, kesabaran yang selama ini mereka jaga, sudah di ambang batas.

Tuntutan mereka bukan hal baru. Sudah sejak lama para pengemudi meminta adanya pengurangan potongan dari aplikator, perlindungan hukum sebagai mitra, serta penindakan terhadap perusahaan aplikasi yang melanggar regulasi. Namun, hingga kini, belum ada langkah konkret yang dirasakan para pengemudi di lapangan.

“Kami sudah terlalu bersabar. Jika pemerintah tidak bisa bertindak, maka kami sendiri yang akan bertindak tegas,” ujar perwakilan organisasi pengemudi.


Aksi Akbar 205: Setengah Juta Ojol Turun ke Jalan

Puncak dari kekesalan ini akan dituangkan dalam aksi besar bertajuk Aksi Akbar 205, yang rencananya digelar pada Selasa, 20 Mei. Aksi ini akan melibatkan sekitar 500 ribu pengemudi ojol roda dua dan empat, dari berbagai kota besar di seluruh Indonesia.

Aksi ini tidak hanya berlangsung di satu kota. Pengemudi akan turun ke jalan di Jakarta, Medan, Palembang, Bandung, Semarang, Surakarta, Surabaya, Balikpapan, Makassar, Manado, hingga Ambon. Namun, pusat dari pergerakan ini akan berfokus di ibu kota, khususnya di tiga titik strategis: Istana Merdeka, Kantor Kementerian Perhubungan, dan Gedung DPR RI.

Dengan massa sebesar itu, kemacetan dan kelumpuhan lalu lintas di sejumlah kota besar, khususnya Jakarta, nyaris tak terhindarkan.

Baca Juga : Driver Ojol Bakal Demo Besar-besaran & Offbid Massal 20 Mei, Ada Apa?


Tuntutan yang Tak Pernah Didengar

Para pengemudi ojol merasa mereka telah diperlakukan secara tidak adil. Potongan dari aplikator dinilai terlalu besar, sementara tidak ada jaminan perlindungan hukum sebagai mitra kerja. Lebih parah lagi, banyak aplikator yang diduga melanggar aturan tanpa ada sanksi jelas dari pihak berwenang.

“Kami bukan pekerja ilegal. Tapi hak-hak kami selama ini seperti diabaikan. Regulasi tidak berjalan, dan pengawasan terhadap aplikator sangat lemah,” ungkap salah satu pengemudi yang ikut dalam konsolidasi aksi.

Gabungan aksi ini terdiri dari berbagai organisasi pengemudi, termasuk aliansi-aliansi besar yang selama ini aktif memperjuangkan hak para mitra aplikasi transportasi online. Konsolidasi ini menandakan bahwa keresahan sudah tidak bisa lagi dibendung.


Bukan Sekadar Tuntutan Ekonomi

Aksi ini bukan semata tentang pembagian tarif atau insentif. Ini tentang keadilan dan perlindungan hukum dalam lanskap ekonomi digital. Dalam ekosistem transportasi online, para pengemudi menjadi ujung tombak layanan, namun sering kali mendapat perlakuan yang tidak setimpal.

Ketimpangan kekuasaan antara aplikator dan mitra pengemudi selama ini menjadi persoalan serius. Mitra sering kali tidak memiliki daya tawar, sementara perusahaan aplikasi bisa secara sepihak mengubah aturan main.

Jika pemerintah terus diam, maka ketegangan ini bisa berubah menjadi krisis kepercayaan yang lebih besar.


Jalanan Jadi Simbol Perlawanan

20 Mei akan menjadi hari penentu. Hari di mana para pengemudi ojol menyuarakan perlawanan secara terbuka. Jalanan, yang selama ini menjadi ladang nafkah, akan berubah menjadi simbol perjuangan.

Apakah pemerintah akan membuka telinga dan mengambil tindakan? Atau justru membiarkan gejolak ini membesar?

Satu hal pasti: pengemudi ojol tidak akan tinggal diam lagi.

Baca Juga : Ojol Ancam Offbid Massal 20 Mei, Layanan Bisa Lumpuh

Penulis:

Nida Ulfa

Related Post

Tinggalkan komentar