Kinipedia.com – Ketegangan militer antara dua negara bersenjata nuklir, India dan Pakistan, kembali memuncak menyusul aksi saling serang yang terjadi sepanjang pekan ini. Terbaru, Pakistan meluncurkan serangan balasan ke Pangkalan Udara Udhampur milik India pada Jumat (10/5), sebagai tanggapan atas operasi militer India di wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan.
Latar Belakang: Serangan Teroris Picu Aksi Balas Dendam
Konflik terbaru ini bermula dari serangan teroris di kawasan wisata Pahalgam, Kashmir, pada 22 April 2025. Insiden tersebut menewaskan sedikitnya 26 wisatawan, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil India yang sedang berlibur di wilayah sensitif tersebut.
Pemerintah India secara terbuka menuduh kelompok militan yang bermarkas di Pakistan sebagai dalang serangan, dan menyatakan tidak akan tinggal diam. Sebagai respons, India meluncurkan Operasi Sindoor pada 6 Mei, menargetkan sembilan lokasi yang diduga menjadi basis militan di wilayah Kashmir Pakistan, termasuk fasilitas pelatihan dan markas komunikasi.
Serangan dilakukan menggunakan jet tempur Rafale dan rudal presisi SCALP serta AASM Hammer. Pemerintah India menyatakan operasi tersebut ditujukan secara eksklusif pada target teroris dan tidak menyasar infrastruktur militer Pakistan.
Pakistan Membalas: Operasi Bunyān Mārsūs Dimulai
Tidak tinggal diam, Pakistan mengumumkan peluncuran Operasi Bunyān Mārsūs pada 9 Mei malam, dengan menargetkan pangkalan-pangkalan militer India. Salah satu target utama adalah Pangkalan Udara Udhampur di wilayah Jammu & Kashmir, yang dikenal sebagai salah satu pusat logistik dan peluncuran rudal strategis India.
Serangan dilaporkan dilakukan dengan rudal jarak menengah dan drone bersenjata. Media Pakistan menyebutkan bahwa serangan tersebut berhasil menghantam hanggar pesawat dan fasilitas penyimpanan senjata. India belum memberikan konfirmasi penuh terkait kerusakan, namun mengakui adanya korban jiwa dari pihak militer.
Pertempuran Udara dan Korban Jiwa
Kementerian Pertahanan India melaporkan bahwa beberapa jet tempur, termasuk Su-30MKI dan MiG-29, dilibatkan dalam pertempuran udara untuk mencegat serangan Pakistan. Terdapat klaim bahwa satu pesawat Rafale milik India ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Pakistan, meski belum dikonfirmasi secara independen.
Sementara itu, pemerintah Pakistan menyatakan bahwa lebih dari 33 warganya tewas akibat operasi militer India beberapa hari sebelumnya. Kedua negara saling tuding melanggar perjanjian gencatan senjata yang telah disepakati sejak 2021.
Gencatan Senjata Darurat Diumumkan
Di tengah meningkatnya kekhawatiran global, Amerika Serikat, Arab Saudi, dan Turki turun tangan memediasi pembicaraan antara India dan Pakistan. Pada pagi hari 10 Mei, kedua negara sepakat memberlakukan gencatan senjata darurat yang mulai berlaku pukul 09.00 waktu setempat.
Namun, meski telah diumumkan, laporan mengenai ledakan susulan dan aktivitas drone masih terdengar di perbatasan Kashmir, memunculkan keraguan terhadap efektivitas perjanjian tersebut.
Reaksi Dunia: Desakan Perdamaian dan Kekhawatiran Nuklir
Komunitas internasional menyambut baik langkah menuju gencatan senjata, namun tetap menyuarakan kekhawatiran terhadap eskalasi lebih lanjut. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Uni Eropa, dan negara-negara G7 menyerukan kedua belah pihak untuk menahan diri dan melanjutkan dialog diplomatik secara serius.
Presiden Indonesia, dalam pernyataan resminya, mengecam segala bentuk kekerasan terhadap warga sipil dan menawarkan bantuan diplomatik jika dibutuhkan untuk menjaga stabilitas kawasan Asia Selatan.
Baca Juga : Perang India-Pakistan Pecah, RI Bisa Jadi Korban