Rencana Rusia Membuka Pangkalan Udara di Papua Jadi Sorotan Dunia

Faqih Ahmd

Foto: Pesawat tempur Sukhoi Su-27 Ukraina terlihat di udara saat memperingati Hari Angkatan Udara Ukraina, di tengah serangan Rusia terhadap Ukraina, di lokasi yang dirahasiakan, Ukraina, 4 Agustus 2024. (REUTERS/Valentyn Ogirenko)

Wacana Rusia untuk membangun pangkalan udara di Papua menarik perhatian berbagai media internasional, termasuk Newsweek dari Amerika Serikat (AS). Dalam artikel berjudul “Russia Eyes Pacific Air Base on Doorstep of US Ally: Report” yang dirilis Rabu, Newsweek mengutip laporan dari media pertahanan Janes, yang memperoleh informasi tersebut dari sejumlah sumber di Indonesia.

Laporan itu mengungkap bahwa Rusia ingin menempatkan pesawat militer mereka, termasuk pesawat pembom Tu-95 dan pesawat angkut Il-76, di Pangkalan Udara Biak, Papua. Diketahui, Tu-95 merupakan pesawat pembom yang dapat membawa antara enam hingga 14 rudal jelajah dengan hulu ledak nuklir.

Disebutkan juga bahwa permintaan tersebut disampaikan ke kantor Menteri Pertahanan Indonesia, Sjafrie Sjamsoeddin, setelah pertemuan dengan Sekretaris Dewan Keamanan Rusia, Sergei Shoigu, pada Februari 2025. Wacana ini dinilai berpotensi mengganggu stabilitas kawasan, khususnya karena letak Papua yang dekat dengan Australia, sekutu utama Amerika Serikat.

Newsweek menambahkan bahwa laporan ini menimbulkan kekhawatiran di Australia dan Indonesia. ABC (Australian Broadcasting Corporation) menyebut Menhan Indonesia, Sjafrie, menyampaikan kepada Menhan Australia, Richard Marles, bahwa Indonesia belum menerima permintaan resmi dari Rusia terkait penggunaan Pangkalan Udara Biak.

Sebagai informasi, Biak hanya berjarak sekitar 856 mil dari Darwin, Australia. Rusia sendiri pernah mengerahkan dua pesawat pembom Tu-95 untuk patroli di wilayah Pasifik Selatan pada Desember 2017 selama lima hari.

Dalam laporan yang sama, Newsweek mengutip pernyataan Malcolm Davis, analis senior dari Australian Strategic Policy Institute, yang mendesak pemerintah Australia agar tegas dan transparan terkait kemungkinan keberadaan pesawat militer Rusia di Biak. Ia mendorong agar pemerintah Australia memastikan apakah permintaan resmi itu pernah ada, dan apakah telah ditolak oleh Indonesia.

Tanggapan Pemerintah Indonesia

Menanggapi pemberitaan tersebut, Kementerian Luar Negeri RI memberikan klarifikasi melalui Juru Bicara Roy Soemirat pada Rabu (16/4/2025). Roy menegaskan bahwa pemerintah tidak pernah menerima permintaan dari Rusia untuk menempatkan pesawat tempurnya di Papua.

Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa Indonesia tidak pernah memberikan izin kepada negara manapun untuk membangun atau memiliki pangkalan militer di wilayahnya. Namun demikian, Indonesia tetap terbuka terhadap kunjungan kapal atau pesawat militer asing yang mengemban misi perdamaian.

“Sebagai negara yang menjunjung tinggi prinsip politik luar negeri bebas aktif, Indonesia bersedia menerima kunjungan militer dari negara lain dalam kerangka misi damai,” tegas Roy.

Penulis:

Faqih Ahmd

Related Post

Tinggalkan komentar