Kenaikan Tipis, Dampak Signifikan
Pada Selasa, 10 Juni 2025, nilai tukar rupiah ditutup menguat di Rp16.275 per dolar AS, naik tipis 0,10 % dari penutupan sebelumnya. Meskipun nilai perbaikannya terbilang kecil, penguatan ini memiliki arti penting usai libur panjang Lebaran Haji.
Faktor Pendorong di Balik Penguatan
- Antisipasi Libur Lebaran Haji
Setelah periode libur panjang, aktivitas pasar kembali bergairah—transaksi meningkat, sentimen positif muncul, dan otomatis mendorong rupiah menguat. - Sentimen Global dan Domestik
Investor mulai aktif kembali, termasuk aliran modal asing yang masuk. Hal ini ikut menopang rupiah, meski masih dipengaruhi kondisi ekonomi global. - Ekspektasi Kebijakan Makro
Pasca-liburan, pelaku pasar menunggu sinyal dari kebijakan moneter BI atau angka inflasi terbaru yang bisa mendukung rupiah dalam jangka pendek.
Apa Artinya bagi Anda?
- Importir & Pelancong
Biaya impor dan perjalanan luar negeri menjadi sedikit lebih ringan—meski perbedaannya belum terlalu signifikan. - Investor & Pialang
Momentum seperti ini bisa dimanfaatkan untuk strategi jangka pendek, terutama jika tren instrumen domestik mulai menguat. - Konsumen Umum
Saat mata uang menguat, harga barang impor bisa stabil atau terkoreksi—sebuah kabar baik untuk daya beli.
Apa Selanjutnya?
Pasar keuangan kini mengamati indikator selanjutnya:
- Data inflasi dan neraca dagang bulan Mei–Juni
- Keputusan suku bunga The Fed dan BI
- Sentimen geopolitik global
Jika tren penguatan ini berlanjut, rupiah berpotensi menetap di bawah level Rp16.300—sebuah area yang tak terlihat sejak awal tahun.
Rupiah kembali segar setelah libur panjang Lebaran Haji, ditutup di Rp16.275. Meskipun kenaikannya tipis, momentum pulihnya aktivitas pasar dan masuknya modal menjadi sinyal positif. Fokus kini bergeser pada data ekonomi dan keputusan kebijakan yang bisa menentukan arah rupiah di pekan–bulan depan.
Baca Juga : Rupiah Menguat Tipis Usai BI Turunkan Suku Bunga