IHSG Terperosok di Akhir Pekan, Defisit APBN dan Saham DCII Jadi Biang Kerok
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan akhir pekan dengan kinerja buruk, Jumat (14/3/2025). Baru dua menit setelah pembukaan, IHSG langsung jatuh lebih dari 1%. Meski sempat memangkas pelemahan sekitar pukul 09.50 WIB, indeks tetap terjebak di zona merah dengan koreksi sekitar 1%.
Total nilai transaksi tercatat mencapai Rp2,2 triliun, dengan volume perdagangan mencapai 3,32 miliar saham dalam 368.000 transaksi. Secara keseluruhan, 200 saham mengalami kenaikan, sedangkan 285 saham anjlok.
Defisit APBN Ganggu Sentimen Pasar
Salah satu faktor utama yang memicu kejatuhan IHSG kali ini adalah laporan dari Menteri Keuangan Sri Mulyani terkait realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga Februari 2025.
Sri Mulyani melaporkan bahwa APBN mencatat defisit sebesar Rp31,2 triliun, setara 0,13% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pendapatan negara tercatat hanya Rp316,9 triliun, sementara belanja negara mencapai Rp348,1 triliun atau 9,6% dari target tahunan.
Yang lebih mengejutkan, baik pendapatan pajak maupun Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) mengalami penurunan tajam. Pendapatan pajak merosot hingga 30% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kabar buruk ini langsung mengguncang sentimen investor. Awalnya, pasar sempat optimis pada perdagangan Kamis (13/3/2025), dengan IHSG dibuka naik 0,49%. Namun, optimisme itu tak bertahan lama. Indeks akhirnya ditutup melemah 0,26% dan berlanjut ke penurunan lebih dalam keesokan harinya.
Saham DCII Jatuh Bebani IHSG
Selain defisit APBN, kejatuhan IHSG juga dipicu oleh koreksi besar saham DCI Indonesia (DCII) — emiten pusat data milik konglomerat Toto Sugiri.
Setelah sempat melesat hingga 384% sejak pertengahan Februari dan berulang kali mencapai auto reject atas (ARA), saham DCII terjun bebas 20% dalam satu hari. Penurunan drastis ini menjadi pukulan telak bagi IHSG.
Posisi DCII sebagai saham dengan kapitalisasi pasar terbesar keenam di Bursa Efek Indonesia (BEI), tepat di bawah Bank Rakyat Indonesia (BBRI), membuat dampaknya ke indeks sangat signifikan. Koreksi besar DCII menyumbang 59,71 poin ke pelemahan IHSG, menjadikannya penyumbang penurunan terbesar hari ini.
Saham Lain Bertahan di Tengah Guncangan
Meski IHSG tertekan, beberapa saham di sektor tertentu masih mampu bertahan dan menunjukkan perlawanan:
✅ Saham energi dan tambang — seperti ADRO dan MDKA — mencatat kenaikan tipis, didorong oleh harga komoditas global yang stabil.
✅ Saham defensif di sektor consumer goods — UNVR dan ICBP — tetap bertahan meski pasar sedang bergejolak.
✅ Saham bank besar — BBRI, BMRI, dan BBCA — sempat tertekan namun berhasil menahan penurunan lebih dalam.
Di sisi lain, saham teknologi seperti GOTO dan BUKA ikut terseret dalam pelemahan IHSG, mengikuti jejak kejatuhan DCII.
Kesimpulan: Pasar Butuh Kepastian
IHSG menghadapi tekanan berat di akhir pekan, dipicu oleh kombinasi defisit APBN yang melemahkan kepercayaan investor dan koreksi tajam saham DCII yang membebani indeks.
Meski beberapa saham defensif dan sektor energi masih bertahan, IHSG tetap sulit bangkit di tengah ketidakpastian ekonomi dan sentimen negatif pasar. Investor kini menanti langkah pemerintah dan emiten besar untuk memulihkan kepercayaan pasar di pekan depan.
Apakah IHSG bisa bangkit dari tekanan? Publik dan pelaku pasar menunggu arah baru di perdagangan berikutnya.e zona merah, mengikuti jejak DCII.