Saham Tesla Merosot Tajam, Kapitalisasi Pasar Turun Drastis

Wahyu Pratama

Beberapa minggu setelah Donald Trump memenangkan pemilu Presiden AS, saham Tesla sempat melonjak hingga 479 dolar AS (Rp7,87 juta) per saham, yang mengangkat kekayaan bersih Elon Musk ke lebih dari 150 miliar dolar AS (Rp2,5 kuadriliun).

Namun, menurut laporan Carscoops pada Rabu, kondisi kini berubah drastis. Sejak pelantikan Trump, harga saham Tesla terus melemah, bahkan mengalami penurunan lebih dari 15 persen pada Senin (10/3), menyentuh 222 dolar AS (Rp3,6 juta) per saham—angka terendah sejak Oktober lalu.

Penurunan ini menjadi yang terburuk sejak September 2020, dengan total koreksi lebih dari 53 persen dari titik tertingginya di 479 dolar AS pada pertengahan Desember. Pada saat laporan ini ditulis, harga saham Tesla turun lagi 2,7 persen dalam perdagangan setelah jam kerja, menyentuh 216 dolar AS (Rp3,5 juta), sebelum akhirnya kembali ke 222 dolar AS (Rp3,6 juta).

Pada Jumat (7/3), Tesla mencatatkan kerugian selama tujuh minggu berturut-turut, menjadi penurunan beruntun terpanjang sejak perusahaan ini go public pada 2010. Kapitalisasi pasarnya pun mengalami pukulan telak, turun hampir 800 miliar dolar AS (Rp13,2 kuadriliun) dari puncaknya di bulan Desember.

Faktor Penyebab Anjloknya Saham Tesla

Salah satu faktor yang membuat investor khawatir adalah keterlibatan Musk dalam pemerintahan Trump, khususnya dalam memimpin Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE).

Awal pekan ini, Musk menyatakan akan tetap berada di pemerintahan Trump selama satu tahun lagi. Ketika ditanya bagaimana ia mengelola bisnisnya di tengah kesibukannya di pemerintahan, Musk menjawab, “Dengan susah payah.”

Masalah lain yang menambah tekanan adalah serangan siber besar yang menimpa X (sebelumnya Twitter) pada Senin, yang menyebabkan gangguan operasional. Kejadian ini semakin memicu kekhawatiran investor terkait stabilitas perusahaan-perusahaan yang dikelola Musk.

Namun, bukan hanya faktor politik yang menyebabkan penurunan saham Tesla. Data pasar global menunjukkan bahwa permintaan mobil listrik Tesla mulai melambat.

Dalam laporan kepada klien pada Senin (10/3), analis UBS memperkirakan bahwa Tesla hanya akan menjual 367.000 kendaraan pada kuartal pertama 2025, menurun 6 persen dari 386.810 kendaraan pada kuartal pertama 2024. Bahkan, angka tersebut sudah turun 9 persen dibandingkan 422.875 unit pada kuartal pertama 2023.

Tesla Masih Jadi Produsen Mobil Paling Bernilai di Dunia

Meskipun sahamnya merosot, Tesla masih menjadi produsen mobil dengan kapitalisasi pasar tertinggi di dunia.

Pada Senin (10/3), valuasi Tesla tercatat 696 miliar dolar AS (Rp11,5 kuadriliun), jauh melampaui pesaingnya seperti:

  • Ford: 39 miliar dolar AS (Rp641,4 triliun)
  • General Motors: 47 miliar dolar AS (Rp772,9 triliun)
  • Volkswagen (VW): 64 miliar dolar AS (Rp1 kuadriliun)

Salah satu alasan Tesla tetap menarik bagi investor adalah karena perusahaan ini tidak hanya dianggap sebagai produsen mobil, tetapi juga sebagai perusahaan teknologi yang fokus pada kecerdasan buatan (AI), mobil otonom, dan robot humanoid.

Masa Depan Tesla: Koreksi Sementara atau Titik Balik?

Apakah penurunan harga saham Tesla hanya fluktuasi sementara, atau ini menandakan akhir dari dominasi Tesla di pasar?

Hanya waktu yang bisa menjawabnya. Namun, yang jelas, Tesla kini menghadapi tantangan yang lebih berat dibanding sebelumnya.

Penulis:

Wahyu Pratama

Tags

Related Post

Tinggalkan komentar