Trump Dorong Gencatan Senjata Rusia-Ukraina Lewat Diplomasi

Nida Ulfa

Foto: Foto Kolase Presiden Rusia, Vladimir Putin, Presiden AS, Donald Trump, dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy. (AP Photo)
Foto: Foto Kolase Presiden Rusia, Vladimir Putin, Presiden AS, Donald Trump, dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy. (AP Photo)

Donald Trump mengumumkan rencananya untuk mengadakan pembicaraan langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, di tengah upaya terbaru untuk meredakan konflik yang telah menelan ribuan korban jiwa setiap minggunya.

Dalam pernyataannya, Trump menyebut panggilan dengan Putin akan berlangsung pada pukul 10.00 waktu setempat, dengan fokus utama pada penghentian pertumpahan darah serta pembahasan terkait perdagangan. Ia mengekspresikan harapan agar pertemuan ini menghasilkan gencatan senjata dan mengakhiri perang yang disebutnya “sangat kejam dan seharusnya tidak pernah terjadi.”

Setelah berbicara dengan Putin, Trump berencana menghubungi Zelensky dan sejumlah pemimpin NATO untuk merumuskan langkah lanjutan. Namun, prospek perdamaian kembali diwarnai ketegangan. Dalam perundingan terakhir di Istanbul, delegasi Rusia menuntut agar Ukraina menarik pasukannya dari wilayah yang diklaim Moskow—Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia, dan Kherson—sebelum kesepakatan gencatan senjata bisa dilanjutkan.

Baca Juga :Trump Kejutkan Dunia: Tarif 100% untuk Film Asing

Meski Kremlin belum secara langsung menanggapi tuntutan tersebut, juru bicara Dmitry Peskov menyatakan bahwa fokus saat ini adalah pertukaran tahanan perang antara kedua pihak, dengan kemungkinan pertemuan Putin-Zelensky bila ada “kesepakatan tertentu”.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyambut positif peran AS dalam memfasilitasi dialog lanjutan. Ia dan Menlu AS Marco Rubio dikabarkan tengah membahas berbagai ide untuk mendorong gencatan senjata, termasuk penggunaan Vatikan sebagai lokasi netral untuk perundingan selanjutnya.

Di sisi lain, Zelensky menyerukan sanksi lebih keras terhadap Rusia menyusul serangan drone di Sumy yang menewaskan warga sipil. Ia menegaskan bahwa tekanan internasional sangat dibutuhkan untuk memaksa Moskow berkomitmen pada diplomasi.

Namun, sejumlah pemimpin Barat menyuarakan keraguan terhadap keseriusan Rusia. Inggris dan Prancis menuding Moskow bermain-main dalam proses damai, sementara Uni Eropa menyiapkan sanksi tambahan meski efektivitasnya terus dipertanyakan.

Trump, yang berulang kali menyatakan dirinya sebagai kunci perdamaian, mengklaim bahwa konflik tidak akan berakhir tanpa keterlibatannya secara langsung. Kremlin pun menyatakan keterbukaan untuk bertemu Trump, dengan catatan bahwa pertemuan tersebut harus dipersiapkan secara matang.

Baca Juga : Trump Ingin Ambil Gaza, Hamas Melawan

Penulis:

Nida Ulfa

Related Post

Tinggalkan komentar