Trump Kejutkan Dunia: Tarif 100% untuk Film Asing

Nida Ulfa

Donald Trump kembali membuat jagad raya terkejut.
Donald Trump kembali membuat jagad raya terkejut.

Keputusan mengejutkan datang dari Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump, ketika ia mengumumkan kebijakan penerapan tarif impor sebesar 100 persen untuk semua film asing yang masuk ke pasar Amerika. Kebijakan ini langsung memicu kehebohan besar di kalangan pelaku industri perfilman global, tak terkecuali di dalam negeri.

Kebijakan ini diumumkan dalam sebuah konferensi pers yang digelar di Gedung Putih, di mana Trump menyatakan bahwa langkah tersebut merupakan bentuk “perlindungan terakhir” terhadap industri film Amerika yang ia sebut “sedang sekarat.” Dalam pernyataannya, Trump menegaskan bahwa film-film luar negeri telah menguasai pasar domestik terlalu lama dan melemahkan daya saing produksi lokal.

“Industri film Amerika dulu adalah raja. Sekarang, bioskop kita dipenuhi film dari Asia, Eropa, dan negara lain. Sudah saatnya kita merebut kembali kejayaan itu,” kata Trump dengan nada tegas.

Dampak Langsung ke Industri Perfilman Dunia

Para pengamat perfilman internasional segera memberikan tanggapan keras terhadap keputusan tersebut. Mereka menilai bahwa kebijakan ini sangat proteksionis dan berpotensi merusak ekosistem perfilman global yang selama ini dibangun atas dasar kolaborasi lintas negara.

Menurut Angela Morales, seorang kritikus film dan akademisi dari UCLA, tarif tinggi semacam ini akan menurunkan minat distributor asing untuk memasukkan film ke pasar Amerika, yang pada akhirnya akan merugikan konsumen AS sendiri.

“Publik Amerika akan kehilangan akses terhadap beragam cerita, budaya, dan perspektif dunia. Film bukan sekadar produk hiburan, tetapi juga jendela untuk memahami dunia lain,” tegas Morales.

Para distributor film Eropa dan Asia pun menyuarakan keprihatinan serupa. Mereka khawatir bahwa tarif ini tidak hanya akan berdampak pada aspek ekonomi, tapi juga pada hubungan diplomatik dan pertukaran budaya antarbangsa.

Dilema antara Proteksi dan Inovasi

Sementara pihak Gedung Putih berdalih bahwa kebijakan ini akan membangkitkan kembali produksi film domestik, banyak yang skeptis apakah pendekatan seperti ini bisa benar-benar memacu inovasi dalam industri film Amerika.

Sebagian besar pengamat menilai bahwa masalah utama perfilman AS bukan karena persaingan dengan film asing, melainkan stagnasi ide dan formula produksi yang terlalu berorientasi pada keuntungan box office semata. Dengan kata lain, menghalangi film asing masuk bukan solusi utama untuk memperbaiki kualitas film Amerika.

“Kalau masalahnya kreativitas, solusinya adalah memperbaiki sistem produksi, mendukung sineas muda, dan membuka diri terhadap pengaruh luar. Menutup pintu justru kontraproduktif,” ujar Tom Jenkins, produser independen asal New York.

Potensi Balasan dan Ketegangan Global

Sejumlah negara telah mulai membahas kemungkinan pembalasan dengan mengenakan tarif serupa terhadap film-film asal Amerika. Tindakan ini dikhawatirkan akan memicu perang dagang budaya, sebuah skenario yang jarang terjadi namun tidak mustahil dalam era globalisasi.

Komisi Kebudayaan Uni Eropa menyatakan bahwa pihaknya sedang mempertimbangkan kebijakan “resiprokal” yang akan berlaku pada semua film buatan Hollywood. China dan Korea Selatan pun menyatakan keprihatinan serupa, mengingat mereka adalah salah satu eksportir film terbesar ke AS dalam beberapa tahun terakhir.

Reaksi Publik AS: Terbelah

Di tingkat domestik, respons terhadap kebijakan ini cukup terbelah. Sebagian kelompok konservatif menyambutnya sebagai langkah patriotik yang berani, sementara kelompok liberal dan komunitas perfilman menyuarakan penolakan keras.

Asosiasi Teater Independen Amerika menyampaikan bahwa kebijakan ini bisa berdampak buruk bagi bioskop kecil yang selama ini mengandalkan film-film internasional sebagai daya tarik alternatif selain blockbuster Hollywood.

Masa Depan Perfilman Global dalam Bayang-Bayang Proteksionisme

Kebijakan tarif 100 persen untuk film asing yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump menjadi babak baru dalam dinamika industri hiburan global. Pertanyaannya kini adalah: apakah ini awal dari kebangkitan film Amerika yang lebih kuat, atau justru langkah mundur dalam dunia yang semakin saling terhubung?

Satu hal yang pasti: keputusan ini telah mengguncang panggung perfilman dunia dan akan terus menjadi topik hangat yang dibicarakan oleh pelaku industri, kritikus, dan pecinta film di seluruh dunia.

Baca Juga : TNI Bukan Diktator: Prabowo dan Warisan Patriotisme Bangsa

Penulis:

Nida Ulfa

Related Post

Tinggalkan komentar