Update Perang Dagang AS: Trump “Jilad Ludah Sendiri”, Nego ke China

Faqih Ahmd

Foto: Presiden AS Donald Trump, kiri, bertemu dengan Presiden China Xi Jinping selama pertemuan di sela-sela KTT G-20 di Osaka, Jepang, di masa jabatan Trump yang pertama 2018 (AP/Susan Walsh/File Foto)

Perkembangan terbaru datang dari konflik dagang yang dipicu oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Kali ini, respons datang dari Kementerian Keuangan AS terkait meningkatnya ketegangan tarif impor dengan China.

Mengutip AFP pada Rabu (23 April 2025), diharapkan ada penurunan ketegangan antara Washington dan Beijing. Hal ini disampaikan oleh Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dalam sebuah forum tertutup yang diadakan oleh JPMorgan Chase pada Selasa waktu setempat.

Bessent menyebut bahwa tarif tinggi yang diberlakukan oleh kedua negara terhadap barang-barang impor dari satu sama lain tahun ini menyerupai bentuk embargo dagang dua arah. Namun, ia optimis bahwa akan ada pengurangan ketegangan ke depannya.

“Konflik dagang antara AS dan China tidak bisa terus berlangsung,” ujarnya menurut laporan dari sumber yang hadir dalam pertemuan tersebut.

Ia juga mengutip pernyataan Presiden Trump yang memperkirakan bahwa tarif besar yang dikenakan pada banyak produk China akan diturunkan secara signifikan.

“Langkah semacam itu bisa memberikan sedikit ketenangan bagi pasar,” tambah sumber tersebut.

Bessent juga menyatakan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintahan Trump dalam hubungannya dengan China. Namun, ia menekankan pentingnya prinsip “perdagangan yang adil” serta menyebut bahwa China perlu melakukan penyesuaian terhadap struktur ekonominya.

Ia menegaskan bahwa tujuan dari kebijakan tersebut bukanlah untuk sepenuhnya memutus hubungan dengan China. Ia juga mengakui bahwa belakangan ini terjadi penurunan volume pemesanan kontainer antara kedua negara akibat meningkatnya ketegangan dagang.

“Seperti Menarik Ucapan Sendiri”

Sejak Trump kembali menjabat pada Januari lalu, AS telah menetapkan tarif tambahan sebesar 145% terhadap berbagai produk asal China. Tarif ini mencakup bea yang sebelumnya dikenakan karena dugaan keterlibatan China dalam rantai pasokan fentanil, serta atas tuduhan praktik dagang yang dianggap tidak adil.

Meski Trump sering menuduh China dan negara lain telah berlaku tidak adil terhadap AS, pada Selasa lalu ia mengakui bahwa tarif 145% tergolong sangat tinggi dan memberikan sinyal bahwa tarif tersebut kemungkinan besar akan diturunkan.

“Mereka tidak akan mencapai angka setinggi itu,” kata Trump. “(Namun) tidak akan jadi nol juga,” tambahnya.

Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, juga menyampaikan bahwa ada kemungkinan digelarnya kembali perundingan dengan China. Ia menyebut adanya peluang tercapainya kesepakatan dagang.

“Presiden dan timnya sedang mempersiapkan langkah menuju perjanjian,” ucapnya, seraya mengatakan bahwa arah pergerakan saat ini cukup positif.

Ia menambahkan bahwa “kedua belah pihak tampaknya ingin mencapai kesepakatan dagang.”

Sementara itu, China merespons langkah AS dengan memberlakukan tarif balasan sebesar 125% terhadap produk asal AS. Presiden Xi Jinping pun kembali menekankan bahwa konflik dagang tidak akan memberikan keuntungan bagi siapa pun. Awal pekan ini, China mengingatkan negara-negara yang tengah bernegosiasi dengan AS soal tarif agar tidak mengambil langkah yang merugikan China.

Penulis:

Faqih Ahmd

Related Post

Tinggalkan komentar