Nelayan Mancing Plastik, Hasilnya Dihargai Segini

Fano Tresno

WamenKP Suruh Nelayan Mancing Plastik, Hasilnya Dihargai Segini
Person fishing in sea full of garbage flat vector illustration. Junk in water. Nature damage. Ecological catastrophe. Ocean pollution. Fisherman with plastic package on rod cartoon character

Wakil Menteri Kelautan dan Perikanan (WamenKP) Didit Herdiawan Ashaf mengajak nelayan tidak hanya menangkap ikan, tetapi juga mengumpulkan sampah plastik di laut. Langkah ini merupakan bagian dari program Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang berfokus pada pembersihan laut dengan melibatkan nelayan. Menariknya, hal ini tidak dilakukan secara sukarela, karena nelayan akan mendapat kompensasi atas sampah plastik yang mereka kumpulkan.

“Pada musim-musim tertentu ketika nelayan tidak bisa menangkap ikan, mereka diharapkan menangkap sampah plastik di laut. Jadi yang ditangkap bukan hanya ikan. Berat sampah yang mereka kumpulkan akan dihargai seperti harga ikan. Misalnya, satu kilogram ikan dihargai Rp10, maka satu kilogram plastik yang mereka kumpulkan juga kita ganti Rp10,” kata Didit dalam CNBC Indonesia Food Summit 2025, Rabu (19/3/2025).

Didit menjelaskan, program ini bertujuan untuk menjaga kelestarian ekosistem laut. Salah satu caranya adalah dengan mengadakan kegiatan bersih-bersih laut dan pantai, sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat pesisir serta penduduk di pulau-pulau terpencil agar lebih sadar dalam menjaga lingkungan.

“Melalui gerakan partisipasi nelayan, kami berharap mereka bisa ikut serta dalam membersihkan laut. Kami juga mengajak para pengelola laut dan pesisir, baik individu, kelompok, maupun perusahaan besar, untuk menjaga kelestarian ekosistemnya, termasuk sektor pariwisatanya,” ucap dia.

Wanti-Wanti Penangkapan Ikan Berlebihan

Dia pun menyoroti bahaya eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya laut dan wisata yang tidak terkelola dengan baik. Menurutnya, tanpa pengawasan yang jelas, seperti jumlah kapal yang bersandar di suatu kawasan, itu bisa melebihi kapasitas yang seharusnya.

“Jangan sampai nanti terjadi over fishing, terus over tourist yang tidak terarah dalam satu kawasan. Misal, jumlah kapal yang dapat berlabuh itu 2.000 kapal pesiar, ternyata (yang bersandar bisa) sampai 5.000. Tidak memikirkan seperti apa ekosistem yang ada, atau ekologi yang ada di teluk tersebut,” ujarnya.

Selain itu, Didit juga mengingatkan limbah dari kapal-kapal yang bersandar di suatu teluk itu bisa mencemari perairan. Oleh karenanya, upaya pembersihan sampah plastik di laut tidak bisa hanya dilakukan oleh KKP sendiri, tetapi harus melibatkan berbagai instansi, termasuk pemerintah daerah dan nelayan.

“Nah ini yang perlu kita jaga. Sekaligus kami ingin jelaskan bahwa pembersihan sampah plastik ini tidak hanya dari KKP perorangan atau instansi saja, tapi bekerja sama dengan instansi-instansi lain yang ada di Indonesia, termasuk Pemda dan nelayan,” pungkasnya.

Penulis:

Fano Tresno

Related Post

Tinggalkan komentar